Game Level 11 Day 2: Pendidikan Fitrah Seksualitas Sejak Dini

by - 10:48:00 PM

Bismillah...

Diskusi hari kedua dengan tema Pendidikan Fitrah seksualitas sejak dini. Alhamdulillah tercerahkan sekali dengan adanya diskusi-diskusi di level sebelas ini. Malam ini kelompok yang menamai diri mereka dengan KARA (saya jadi inget girlband dari negeri ginseng tahun kapan) Memulai dengan membahas Apa itu fitrah seksualitas? 

Fitrah seksualitas itu adalah tentang bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai gendernya. 
Contohnya : jika dia perempuan maka bersikaplah sebagai perempuan, begitu juga kalau dia laki-laki harus bersikap sebagai laki-laki


Kenapa harus dikenalkan sejak Dini? 
  •        Membuat anak mengerti identitas seksualnya

Indikator: 
  • Anak sudah mengerti bahwa dia laki-laki/perempuan. Sejak usia 3thn anak sudah paham identitasnya. 
  • Orangtua memperkenalkan organ seksualitas mereka. Sebaiknya menggunakan nama ilmiah. 
  • Mengenali peran seksualitas pada dirinya
  • anak mulai paham dengan peran seksualnya. Dari cara berpakaian, bertingkah laku dll
  • Mengajarkan anak untuk melindungi diri dari kejahatan seksual
  • Anak diajarkan area area yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. 


Tahapan apa saja yang harus dilakukan dalam memperkenalkannya?   
Untuk anak usia dini bisa dilakukan dengan cara mewarnai, memberikan contoh barang yang dipakai anak perempuan/anak laki-laki. 

Alasan kenapa harus memperkenalkan pendidikan fitrah seksualitas sejak dini 
  1. Bahaya akhir zaman
  2. Tingginya kasus perceraian, sosial patriaki,dan pornografi
  3. Hamil diluar nikah, aborsi, dan kejahatan seksual
  4. Kekerasan seksual pada anak
  5. fenomena media sosial
  6. Ketidaktahuan  tentang apa dan siapa itu mahram
  7. Pubertas pada remaja


Berikut Cara membangkitkan fitrah seksualitas pada anak menurut Harry Santosa (Fitrah Based Education) 
image source: naninurhasanah.blogspot.com


Image source: naninurhasanah.blogspot.com


Sesi Diskusi:
1. Mau tanya yaa mba KARA 🙋🏻
Mengenai tahapan penumbuhan fitrah seksualitas, kenapa yaa usia 7-10 dekatkan sesuai gender, dan 11-14 dekatkan lintas gender?

Jawaban

Fitrah Seksualitas
Oleh : Harry Santosa
.
Punya suami yang kasar? Garing dan susah memahami perasaan istrinya? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa anak sebelum aqilbaligh.

Punya suami yang "sangat tergantung" pada istrinya? Bingung membuat misi keluarga bahkan galau menjadi ayah? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak.

Kok sebegitunya?

Ya karena sosok ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas anak tumbuh indah paripurna. Pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.

Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.

Riset banyak membuktikan bahwa anak anak yang tercerabut dari orangtuanya pada usia dini baik karena perang, bencana alam, perceraian, boarding school dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, sejak perasaan terasing (anxiety), perasaan kehilangan kelekatan atau attachment, sampai kepada depresi. Kelak ketika dewasa memiliki masalah sosial dan seksualitas seperti homoseksual, membenci perempuan, curiga pada hubungan dekat dsbnya.

Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, sosok ayah ibu senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.

Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 - 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun.

Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan "saya perempuan" atau "saya lelaki"

Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik) maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai.

Hati hati memasukkan anak kita ke PAUD yang gurunya tidak sepasang, karena bisa mengganggu keseimbangan emosional dan rasional. Anak lelaki yang gurunya lebih banyak perempuan berpotensi "melambai", sementara anak perempuan gurunya lebih banyak lelaki cenderung tomboy dsbnya.

Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.

Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, bermain dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.

Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.

Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.

Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.

Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.

Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 - 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.

Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.

Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.

Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Apa maknanya?

Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis,  maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki dewasa atau suami yang kasar, egois dsbnya.

Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.

Semoga kita dapat merenungi mendalam dan menerapkannya dalam pendidikan fitrah seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki kita tumbuh menjadi lelaki dan ayah sejati, dan agar anak anak perempuan kita tumbuh menjadi perempuan dan ibu sejati.

Agar para propagandis homo seksualitas tidak lebih pandai menyimpangkan fitrah seksualitas anak anak kita daripada kepandaian kita menumbuhkan fitrah seksualitas anak anak kita.  Agar ahli kebathilan gigit jari berputus asa, karena kita lebih ahli dan berdaya mendidik fitrah anak anak kita.

Salam Pendidikan Peradaban

Sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=487089238305266&id=268413820172810


2    2. Izin bertanya mba tentang pubertas, pada umur berapa seharusnya kita mengajarkan pada anak kita?


Jawaban:

Menurut alma pribadi, baiknya sudah mulai 'sounding' sejak dini mbak. Bisa dari umur 0 bulan malah.

Pendekatannya disesuaikan dg umur tadi. Misal bisa dg nyanyi, dg gambar, dll
Sperti penjelasan dlm materi bahwa Orang tua memperkenalkan organ seksualitas sebaiknya menggunakan nama ilmiah, tetapi sy belum menggunakan bhsa ilmiah tsb. Msih pake istilah😌bukan menyebut kelamin wanita dgn vagina.atau kelamin pria dgn penis🙈
Karena lingkungan dr keluarga jg yg penyebutannya bgtu sudah turun temurun pake istilah bkn bhsa ilmiah😃, bagaimana ya cara merubah nya ya mbk, aku jg nyebut nya masih agak kaku kalo bilangnya vagina.

Tanggapan: 
Kami d rmh nyebutnya kemaluan... Belum sebut nama. Kira-kira jadi masalah ga ya nantinya?

Jawaban: 
Kalo jadi masalah atau nggak belum tau mbak ya 🙈 soalnya kalo realistis, kita pun yang diajarin begitu dulu tak semuanya jadi bermasalah.
Tp menilik pada kebutuhan jaman now, menurut alma memang perlu dijelaskan dengan gamblang

Hmmm... oke oke.. sepertinya saya yg masih mencari timing untuk mengenalkan 'nama' ini ke anak2
Terimakasih jawabannya mba alma

Sama2 mbak
Ada temen yg dia itu konsisten banget soal inj
Juga ttg hal lain yg masih dianggap tabu sama kebiasaan orang tua jaman dulu

Saya dan suami awalnya sekalian mengenalkan ke  anak2 bahwa yg namanya kemaluan ya malu jika sampai terlihat org lain. Konsep aurat maksudnya
Tapi tdk pernah juga membahasakan burung dan lain-lainnya.

Berarti memang harus gamblang yaa penyebutannya

Pernah ikut kulwap beliau juga di salah satu grup mommies. Jadi dia campaign ttg pentingnya edusex sejak dini. Salah satunya ttg pengenalan organ intim itu

Kaitannya nanti, agar anak tidak merasa malu ketika ada hal asing dan jelas menceritakannya (seperti naudzubillah kekerasan atau kejahatan seksual itu)


You May Also Like

0 komentar

Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...

Today's Quote

"Enjoy the little things in life, for one day you may look back and realize they were the big things"