Mengalirkan rasa, tantangan tersendiri bagi saya yang menyebabkan saya melewatkannya dibeberapa level terakhir. Hmmm... bukan seesuatu yang patut dipamerkan sebetulnya. itulah sebabnya level kali ini saya berusaha keras memaksa diri agar tak terlewat lagi menyetorkan aliran rasa.

Menjalani tantangan mendongeng adalah yang paling "wah" rasanya bagi saya selama belajar di kelas Bunda Sayang ini. "Wah" karena ini benar-benar bukan saya banget. Seperti memasuki hutan belantara yang tak saya kenal arah serta jalannya, Hahaha... lebay ya. Selama ini saya merasa sudah cukup dengan membacakan buku dilengkapi intonasi, serta suara yang berbeda-beda pada tiap karakter yang sedang saya bacakan untuk A dan E. Padahal dulu sayapun sangat menikmati saat-saat mendengarkan dongeng dari almarhum kakek. Ya, beliau seringkali mendongeng untuk kami para cucunya.

Meskipun beberapa kali saya meminta bantuan suami untuk mendongeng saya tak lantas berdiam diri. Memikirkan nilai apa yang ingin saya sampaikan, karakter apa yang akan dimunculkan, serta alat peraga apa yang akan saya gunakan, hingga menetukan alur cerita ternyata akhirnya menjadi petualangan tersendiri bagi saya.

Kenapa perlu memikirkan sampai se-detail itu? Ya, karena hari pertama saya sempat kebingungan bagaimana cara megakhiri cerita. Lalu entah dihari keberapa saat saya tanyakan A tentang dongeng apa yang baru didengarnya betapa mengejutkan karena A menjawab tak tahu. Dari sini saya belajar memikirkan untuk menggunakan alat peraga. 

'Alaa Kulli haal... saya sejujurnya memaksakan diri melakukan tugas pada hari-hari pertama tantangan ini. Lalu kembali memaksakan diri agar menikmati tantangan. Hingga akhirnya saya benar-benar bisa menikmatinya bersama A dan E. Alhamdulillah...