Praktek Membuat Sabun Jelantah

by - 6:27:00 AM

Bismillah...

Memulai belajar menjalani hidup dengan berusaha mengurangi nyampah membuat beberapa perubahan di rumah kami. Salah satunya adalah ketika mengetahui bahwa minyak jelantah yang bersifat karsinogenik dan bisa mencemari lingkungan serta biota air jika dibuang di saluran pembuangan. Saya jadi takut membuang minyak tersebut. Sampai akhirnya terkumpul hingga satu liter minyak jelantah. 


Percobaan pertama membuat sabun jelantah.


Beberapa usaha saya lakukan agar tidak terus menerus menumpuk minyak jelantah. Mengurangi masak dengan cara deep fry, serta bertanya ke beberapa pihak terkait tentang kemana saya bisa menyalurkan limbah jelantah ini. Sayangnya ternyata di kota kami belum ada yang mau menampung limbah ini untuk kemudian di olah kembali. Lalu si jelantah pun masih terus tersimpan rapi di dalam botol bekas air mineral, seakan menunggu untuk di olah.

Sambil menunggu, saya mencoba belajar dari beberapa orang yang sudah dikenal sebagai pegiat zero waste melalui media sosial mereka tentang cara mengolah jelantah. Teori sudah di dapat, namun saya belum berani masuk pada tahap praktek karena membaca beberapa bahan yang asing, dan bingung harus mencari kemana. Namun tentu saja saya tidak akan berhenti, karena setiap menoleh ke salah satu sudut di meja dapur maka saya akan kembali mendapati pemandangan minyak jelantah yang tersimpan di dalam botol.

Akhirnya setelah maju mundur, bismillah saya mulai mencari bahan-bahan yang diperlukan, dengan bantuan pak Su tentunya. Beberapa peralatan saya memilih menggunakan apa yang ada di rumah.
Selesai dengan bahan dan alat yang akan digunakan, saya kembali mempelajari cara membuat sabun jelantah. Mengingat ada proses yang tidak dianjurkan anak-anak terlibat didalamnya, maka saya dibantu pak Su untuk menjaga anak-anak. 

Saya menggunakan resep dari web sahabat alam cilik, hasil modifikasi mba Deasi Srihandi. berikut resep yang saya gunakan:

Bahan (Resep ini berlaku kelipatannya):
– 
1 liter Minyak jelantah  (kurang lebih 900 gram)

Arang secukupnya. Ditumbuk atau jadikan potongan kecil-kecil, panaskan, lalu dimasukkan ke minyak sehari sebelum dipakai
– 
164,92 gram Soda api  (saya membeli di toko bangunan) berhubung saya memakai timbangan biasa, saya membulatkan angka menjadi 165 gr.

– 4 sendok kopi, ambil airnya saja. Ampasnya saya masukkan ke dalam adonan sabun, namun hanya sedikit saja.
– 
342 gram Air  suling / aquadest  (ini saya bulatkan menjadi 340gr)

Alat yang dibutuhkan:
Pengaduk kayu
Spatula (untuk membersihkan sisa adonan)
Gelas takar (pilih plastik tahan panas atau kaca)
Timbangan (saya menggunakan timbangan biasa, namun lebih dianjurkan menggunakan timbangan digital agar mendapatkan angka yang presisi)
Wadah stainless steel atau wadah plastik yang tahan panas (jangan memakai wadah dari aluminium). Wadah ini dipakai untuk mengaduk adonan
* Kain untuk menyaring minyak jelantah yang di rendam bersama arang.
Cetakan tahan panas, saya menggunakan cetakan berbahan silikon
Lap dan koran bekas untuk alas dan membersikan sisa-sisa minyak.

Alat pengaman:
+ Masker
+ Kacamata pelindung
+ Sarung tangan

Peringatan :

  • Pastikan tidak menggunakan alat-alat (sendok, wadah) dari alumunium karena reaksinya dengan NaOH akan menghasilkan gas Hidrogen, yang bisa 'meledak' atau membuat luapan gas yang sangat banyak.
  • Saat proses pembuatan sabun selalu gunakan alat pengaman. Sebisa mungkin hindari air soda api terkena mata atau kulit. Kalau terkena kulit, akan terasa sedikit gatal dan panas seperti terbakar, untuk itu segera olesi dengan cuka apel. 

Cara Membuat:
  • Rendam arang panas kedalam minyak jelantah selama 24 jam. Proses ini berfungsi untuk meminimalisir bau
  • Saring minyak jelantah menggunakan kain (saya memanfaatkan kain bekas)
  • Siapkan aquadest yang sudah dicampur kopi di dalam wadah, masukkan NaOH, aduk sampai NaOH larut. Proses ini akan menjadikan suhu naik /panas. Jangan terbalik dalam melakukan proses ini, karena saya membaca jika Aquadest yang di tuang ke wadah berisi NaOH maka akan menghasilkan ledakan.
  • Tunggu kurang lebih tiga jam hingga suhu aquadest mencapai suhu ruang. 
  • Masukkan minyak jelantah kedalam larutan soda api, aduk hingga mengental. kurang lebih 20 menit.
  • Tuang adonan ke dalam cetakan. Diamkan semalam. Keluarkan dari cetakan. Angin-anginkan di tempat berventilasi bagus. Sabun baru bisa dipakai setelah masa curing selama 3-4 minggu. 
Sebenarnya terdapat dua variasi resep dari yang saya baca namun untuk praktek perdana ini saya menggunakan resep yang akan menghasilkan sabun batangan yang hasilnya akan sedikit keras. Saya membuat sabun jelantah dari satu liter minyak dan ternyata hasilnya lumayan banyak. 


Selanjutnya apa kegunaan sabun jelantah ini sendiri? bukankah bahan dasar untuk membuatnya disebutkan sebagai bahan karsinogenik? Saya cukup awam untuk menjelaskan secara detail, namun yang saya pahami dari proses pembuatan ini, kandungan minyak sudah berubah menjadi gliserin dan ini lebih aman ketika "bersentuhan" dengan lingkungan. Sabun ini bisa digunakan untuk mencuci, namun tidak dianjurkan untuk dipakaikan ke badan ya. Beberapa teman menggunakan dengan cara sabun diparut lalu disimpan dalam wadah. Parutan inilah yang digunakan untuk mencuci, mirip seperti detergent. Ada juga yang langsung saja digunakan dengan cara mengaplikasikan sabun ke noda membandel.

Dari hasil membuat sabun jelantah ini saya kemudaian mencatat beberapa hal yaitu, 
  1. Ternyata sabun yang dihasilkan lumayan keras, entah ini memang karena resep yang saya pilih, atau karena saya kebanyakan menambahkan bubuk kopi.
  2. Saat mencampurkan NaOH ke dalam aquadest, ternyata aroma yang dihasilkan cukup kuat, itu sebabnya sangat dianjurkan untuk menggunakan alat pengaman berupa masker.
  3. Selain menggunakan masker, kacamata dan sarung tangan gunakan juga baju berlengan panjang untuk menghindari adonan terciprat ke tangan saat proses pembuatan sabun jelantah ini.





You May Also Like

0 komentar

Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...

Today's Quote

"Enjoy the little things in life, for one day you may look back and realize they were the big things"