Game Level#1 Day#12 : Waah...
Bismillah...
Pagi hari rutinitas domestik sudah menanti, dan saya
bergegas agar bisa segera menyelesaikannya.
Seperti biasa saat melakukan tugas
domestik di dapur saya jarang melongok ke arah kamar. Setelah di hari pertama
tantangan sepuluh hari saya mempraktekkan kaidah KISS pada A, dan ia
membereskan tempat tidurnya sendiri hari itu. Alhamdulllah kebiasaan
membereskan tempat tidur tanpa disuruh itu masih berlanjut, meski A pernah lupa
melakukannya sekali.
Lalu apa hubungannya dengan tantangan dihari kedua belas
ini? Hmmm.. saya baru menyempatkan diri melihat kamar saat jeda sebentar selesai menyapu. Tempat tidur sudah
rapi, seperti biasa. Namun hari ini saya tidak ingin melewatkan kesempatan
memuji usaha A merapikan tempat tidur tanpa instruksi ini. Bukan berarti
hari-hari sebelumnya saya tidak melakukannya, hanya saja kali ini saya ingin
melakukannya lebih baik lagi.
“A, tadi beresin tempat tidur ya?”
“Iya, Ma...!” Dia senyum-senyum.
“Wah, masyaAllah terimakasih sudah bantu mama merapikan tempat tidur, rapi sekali, mama sukaa.., sekali lagi terima kasih ya A!”
“Iya...!” yang dipuji tambah tersipu.
Sesaat kemudian saya kembali melanjutkan aktivitas di dapur
yang memang belum selesai. Hari ini masih berlanjut dengan beberapa aktivitas
lainnya, namun ada yang berbeda hari ini. Apa itu? Yup, A lebih ringan tangan
membantu saya menyelesaikan beberapa pekerjaan kecil yang bisa dikerjakannya. Misalnya,
saat E makan cemilan lalu ada yang tumpah di lantai, A dengan sigap mengambil
sapu dan membersihkan tumpahan cemilan E. Saat tiba-tiba ada tantenya yang
berkunjung kerumah A juga yang sigap menyambut tantenya, serta banyak lagi yang
lain. Semua dilakukannya tanpa menunggu instruksi dari saya. Betapa terbantunya
saya hari ini.
Dulu saat kami masih belum diamanahkan A dan E seperti saat
ini saya pernah membeli sebuah buku yang berjudul Dengan Pujian, Bukan
Kemarahan. Buku yang ditulis oleh mba Nesia Andriana Arif ini menceritakan
bagaimana para orangtua dan guru di Jepang saat berinteraksi dengan anak-anak
atau murid mereka. Salah satu yang paling saya ingat adalah bagaimana mereka
begitu murah dalam memuji usaha anak-anak. Kini, dikelas bunda sayang ternyata
saya menemukan hal yang sama. Kalau boleh jujur rasanya tak cuma anak-anak yang
suka dipuji, kita para orangtua mereka juga, bukan?
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...