Game Level#1 Day#13 : Dikala Hujan
Bismillah...
Image source: pixabay |
Beberapa hari terakhir kota kami sering diguyur hujan disore
hari. Begitu juga hari ini, hujan yang tak terlalu lebat kembali menyapa
menemani riuh suara A dan E yang sedang bermain, berkejaran dan terkadang
menjerit kegirangan. Menjelang waktu sholat Ashar Ayah pulang dan tentu saja
hal ini menambah keriuhan A dan E yang sangat senang dengan kedatangan ayahnya.
Berebutan mereka menyambut sambil menanyakan berbagai hal yang mungkin sudah
mereka simpan sejak pagi ketika ayahnya berangkat bekerja.
Adegan berikutnya adalah A dan E yang sibuk menawarkan
beberapa permainan yang menurut mereka menarik pada ayahnya. Tampak sekali jika
mereka memendam rindu, meski baru berpisah beberapa jam saja dari ayah. A sejak
kemarin penasaran ingin mencoba bermain panah-panahan namun ayah belum bisa
menemani. Tak putus asa A mencoba mengajak kembali bermain panah-panahan hari
ini, dan ayah menjelaskan bahwa hari ini pun masih belum bisa karena diluar
sedang hujan. Rasa penasaran rupanya membuat A sedikit memaksa ayah yang sedang
sangat letih. Saya yang tak berada di dekat mereka sayup-sayup mendengar
diskusi yang ternyata berujung pada tangis A karena merasa kesal tak juga bisa
bermain panah-panahan hari ini.
Detik berikutnya A sudah berlari menghampiri saya, masih
menangis. Tampaknya sudah waktunya mempraktekkan lagi komunikasi produktif pada
A. Saya mencoba bertanya kenapa A menangis, namun betapa terkejutnya saya ketika
A menjawab dengan nada yang cukup menyentak, keras. Keinginan untuk memarahinya
begitu kuat, namun saya masih berusaha memegang kendali atas rasa marah
tersebut sambil menjaga intonasi suara agar tak sama tingginya dengan suara A
barusan. Lalu suara A mulai kembali pada nada normal yang biasa ia gunakan
sehari-hari walaupun masih dengan sesenggukan. Pelan saya bertanya, “kesalkah?”
Sekedar memastikan ia tau bahwa saya memahami perasaannya. Berikutnya kami mulai mengobrol setelah A
tenang. Saya jelaskan kembali kenapa ayah belum bisa menemaninya bermain
panah-panahan di luar. Selain hujan, tentu ayah merasa letih sekali karena baru
saja pulang. Lalu saya coba menawarkan solusi pada A, bagaimana jika sembari
menunggu hujan reda kita pijit ayah agar letihnya berkurang, dan A bisa mengajak ayah melakukan permainan yang lain. Tak lupa saya
bisikkan agar ia meminta maaf pada ayahnya. Diluar dugaan A langsung setuju
dengan usul saya tersebut.
Kisah A hari ini ditutup dengan adegan saya dan A
menghampiri ayah untuk memijitnya serta agar ia bisa meminta
maaf atas sikapnya tadi. Meskipun demi
terjadinya adegan yang satu ini saya terpaksa ia usir secara halus keluar dari kamar karena malu jika saya
menyaksikan proses rekonsiliasi dikala hujan ini. Alhamdulilah, selain perasaan
senang karena melihat A kembali tenang, saya juga merasa bersyukur hari ini masih
diberikan kekuatan oleh Allah untuk menahan diri, dan tetap mempraktekkan ilmu yang didapat di kelas bunda sayang.
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...