Game level#1 day#6 : Pena & Empati
Bismillah...
Suara jatuh yang tak terlalu kuat membuat saya memalingkan wajah
sejenak ke arah asal suara. Ternyata sumber
suara adalah E yang baru saja terpeleset oleh pena yang ia letakkan di lantai
beberapa saat sebelumnya. Sekilas tampak wajah meringis, tanda menahan sakit. Posisi
tubuhnya yang terduduk cukup menjelaskan hal itu
“Sakit?” pertanyaan ini terlontar begitu saja.
“Iyaaa...” masih dengan wajah meringis.
“Apa yang sakit?”
“Kaki... sama pantat jugaaa...”
Berikutnya saya menawarkan untuk mengusap bagian tubuhnya
yang sakit, yang direspon E dengan segera menghampiri saya menyodorkan kaki dan
pantatnya.
Hal selanjutnya yang terpikir oleh saya adalah
mengingatkannya tentang pena yang ia letakkan dilantai tadi. Ya, selain empati,
metode KISS dan katakan yang anda inginkan juga harus segera saya
praktekkan lagi pada E hari ini.
“E tersandung pena ya?”
“Iya..”
“Simpan yuk pena nya, biar ga tersandung lagi”
“Iya, Ma..”
“Wah, terimakasih sudah bantu mama beresin pena nya lagi
ya...” kalau yang ini seperti nya masuk dalam poin jelas dalam memuji.
Dan ekspresi meringis yang tadi sempat terlihat kini
berganti senyum manis, mungkin karena mendapat ucapan terimakasih.
Jujur saja dulu saat baru menerapkan metode ini, ada yang
protes karena beranggapan bahwa kami sebagai orangtua terlalu lebay ketika
menghadapi anak terjatuh seperti yang dialami E tadi. Menurut mereka cukup
dengan mengatakan “ngga pa-pa, anak hebat, anak kuat, sakit dikit aja” dan
sederet kalimat yang diniatkan untuk menguatkan dan mengalihkan rasa sakit sang anak. Dulu kami hanya senyum ketika
diprotes seperti itu.
Namun seiring berjalannya waktu kami sering mendapati A
menunjukkan empatinya pada kami ketika terjadi sesuatu yang menurut kami
sebenarnya hanyalah hal kecil, seperti tersandung tadi misalnya. Sekali waktu
ayahnya tersandung sepatu, lalu A buru-buru menanyakan bagian mana yang sakit,
dan segera mengusap kaki ayahnya tanpa diminta. Hal serupa juga berlaku pada E,
ia akan bergegas mengusap kami jika menurutnya kami sedang kesakitan, disertai
sederetan nasehat agar berhati-hati tentunya – lengkap dengan gaya anak-anaknya
yang menggemaskan.
Di materi komunikasi produktif kelas bunda sayang ini
ternyata saya pun mendapati Empati merupakan salah satu cara berkomunikasi yang
efektif dengan anak. Mempraktekkannya lagi hari ini membuat saya berpikir, saya
pun ingin ada yang berempati jika terjadi hal tak mengenakkan pada saya. Begitu
pula mungkin dengan A dan E.
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...