Game Level#1 Day#7: Empati & Pujian yang Jelas
Bismillah..
Dua hari terakhir sepertinya A dan E sedang sering
terpeleset oleh benda- benda yang mereka letakkan di lantai, hanya beberapa
saat sebelum mereka terpeleset. Jika kemarin E terpeleset oleh pena, hari ini A
seperti tak mau ketinggalan mencicipi sensasi terpeleset ini.
Bedanya E terpeleset saat berjalan tanpa memperhatikan pena
yang ia letakkan di lantai, A terpeleset saat sedang melakukan gerakan
berputar-putar tak berpola, entah karena gembira atau hanya sedang ingin
menggoda E yang lewat didekatnya. E terpeleset oleh pena, dan A terpeleset oleh
kotak cemilan yang baru saja kami nikmati isinya bersama. Tak perlu bertanya
kenapa ada kotak cemilan di lantai (di karpet tepatnya), kami memang sengaja
meletakkannya disana. Banyak yang makan cemilan sambil lesehan kan?
Kembali pada komunikasi produktif, kalimat apa yang saya
ucapkan begitu A terpeleset? Alhamdulillah masih teringat untuk berempati saat
mereka mengalami kejadian yang tak menyenangkan.
“Sakit?”
“He-eh...” Wajahnya seperti ingin menangis karena baru saja
membuat kotak cemilan biru muda itu jumpalitan. Beberapa potong kue brownies keju
yang tersisa seperti berebutan meloncat keluar dari tempatnya.
Masih sama seperti menghadapi E kemarin, saya menanyakan apa
yang sakit lalu menawarkan untuk mengusap bagian tubuhnya yang sakit, bedanya A
memilih mengusap sendiri dan sepertinya ia segera merasa baikan.
Kejap berikutnya saya mencoba meminta A mengembalikan si
brownies keju kedalam tempatnya.
“Bisa bantu mama ambil lagi kue nya?”
A hanya menjawab dengan anggukan, sambil tanganya sibuk
meletakkan kue-kue itu. Dilanjutkan ia membersihkan sisa-sisa yang tertinggal
di lantai agar tidak mengundang semut. Tanpa menampakkan bekas-bekas bahwa ia
baru saja terpeleset oleh kotak kecil tersebut.
“Makasih ya, sudah bantu mama beresin lagi..” Saya melempar
senyum sebisanya yang dibalasnya dengan senyuman pula. Waktunya melakukan poin yang menurut saya juga pas dengan
momen ini.
“Lain kali jalannya hati-hati ya A... biar ga terpeleset kaya tadi” poin katakan yang
anda inginkan.
A hanya tersenyum malu mendengar emaknya mulai “bernyanyi”
lagi.
“Masih sakit ga?” Dijawab dengan gelengan kepala.
“ Tapi tadi mama suka liat A bertanggung jawab, mau bantuin
mama beresin kue nya lagi. Makasih yaa...” ini termasuk poin jelas dalam memberikan pujian.
Dalam hati saya bersyukur, masih diberikan kemampuan menahan
diri dari sekedar mengeluarkan kalimat wejangan yang mungkin justru akan
menyakitkannya. Sambil berharap bisa istiqomah menerapkan semua ilmu yang
didapat di kelas bunda sayang ini. Memantaskan diri menjadi madrasah terbaik
untuk A dan E. Aamiin.
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...