Game Level#1 Day#14 : Bersungguh-Sungguh...
Bismillah...
Hari keempat belas tantangan komunikasi produktif suara tangisan
E terdengar lebih sering di rumah kami. Penyebabnya satu hal saja, ia merasa
tidak bisa melakukan sesuatu walaupun sudah berusaha keras, dan beberapa detik
berikutnya suara tangis E lah yang kami dengar. Entah kemana hilangnya rasa
percaya diri yang kemarin diperlihatkannya sepanjang hari hingga rumah kami
begitu riuh. E seperti sedang sensitif hari ini.
Sekali waktu ia mencoba membuka retsleting tas yang memang
berukuran besar dan sedikit bergelombang. Setelah beberapa kali mencoba dan
belum berhasil ia mulai menangis. Saya pun mencoba menawarkan solusi pada E.
“E, kalo sudah berusaha namun tetap tidak bisa, boleh minta bantuan mama atau Kak A ya...!” Saya menenangkan sembari membantunya membuka retsleting tas.
"Iya, Ma..." Sambil menangis ia menjawab.
Detik berikutnya E kembali tenang. Sayangnya hal itu hanya
berlangsung sebentar, karena E kembali menangis. Kali ini karena ia tak bisa
mengancing retsleting yang tadi ia buka. Meskipun kali ini E meminta bantuan
pada saya untuk membukanya, tapi tetap ia lakukan sambil menangis.
Setelah saya membantu mengancing retsleting, saya
menunjukkan kembali caranya agar E tau cara melakukannya. Tak lupa saya mencoba
membangun rasa percaya dirinya dengan mengganti kata tidak bisa yang kerap
ia ucapkan sebelum akhirnya menangis, dengan kata bisa. E kembali
tenang.
Berkali-kali ia menangis karena hal yang sama, berkali-kali
pula saya berusaha menerapkan beberapa teori komunikasi produktif yang saya
ingat. Adakalanya langsung berhasil dan E berhenti menangis, tak jarang ia
tetap melanjutkan tangisnya. Hingga suara saya sempat meninggi karena merasa hampir
semua cara saya keluarkan.
Dipenghujung hari saya kembali berpikir dan
mengingat apa saja yang membuat E menangis hari ini memang hal yang sulit ia
lakukan. Mungkin inilah cara Allah menempa saya untuk terus menerapkan
komunikasi produktif pada E dan juga A. Agar saya semakin terbiasa mengendalikan diri disaat-saat sulit untuk melakukannya. Jika semua yang saya terapkan langsung
berhasil mungkin kesungguhan saya untuk terus belajar belum teruji. Semoga
Allah mengampuni saya yang sempat (atau malah sering) meninggikan suara. Betapa
saya masih harus banyak dan tak berhenti belajar agar layak mendampingi mereka
sebagai madrasah terbaik mereka.
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...