Tak terasa hari ini sudah memasuki hari ketiga belas tantangan level sepuluh. Saya yang tadinya tak terlalu suka mendongeng, kaku, dan bahkan kesulitan saat harus mengakhiri dongeng yang telah saya mulai, kini mulai bersahabat dengan acara mendongeng kami setiap malam. Saya menikmati saat-saat menemukan ide untuk didongengkan pada A dan E. Terkadang ide datang dari kegiatan bermain mereka, tak jarang pula ide menghampiri ketika saya mengamati hal-hal kecil di sekitar saya. Seperti hari ini saya sedang mengamati buah rambutan yang dibawa A dari rumah Nenek ketika terlintas untuk menjadikannya tema dongeng.

Seperti apa dongeng yang terinspirasi dari buah rambutan ini? Haha... saya sesungguhnya sedang memperhatikan ulat yang sedang menikmati daging buah rambutan. Lalu terpikirlah betapa Allah telah mengatur rezeki semua makhluknya, termasuk ulat kecil yang saya jumpai ini. 

Jika tokoh cerita sebelum-sebelumnya kebanyakan adalah para hewan, lalu kemarin sempat diselingi oleh padi, hari ini tokoh utamanya adalah kawanan Tomat, Terong dan Rambutan. Beberapa buah yang pohonnya terdapat dihalaman rumah Nufa dan Afi, tokoh lain dalam kisah kali ini.

Dikisahkan bahwa Tomat merasa sedih karena tuannya yaitu Nufa dan Afi harus mendapatkan buah terong yang sebagiannya sudah dimakan ulat. Namun Rambutan dan Terong menghibur serta mengingatkan terong bahwa apa yang sudah dimakan ulat tersebut adalah rezekinya. Lagipula dalam satu pohon terdapat banyak buah yang masih bagus, biarlah itu yang menjadi rezeki tuan mereka. Ya, karena Ada Allah yang Maya Adil, dan Maha Pemberi rezeki untuk semua makhluknya. Tak perlu bersedih dengan rezeki yang menjadi hak orang lain. 

A dan E malam ini lebih antusias lagi daripada malam-malam sebelumnya. Apa pasal? Tidak lain karena kali ini saya menggunakan kartu-kartu mainan yang bergambar buah-buahan milik A sebagai peraga cerita. E bahkan berinteraksi dengan tokoh cerita selama saya menuturkan dongeng  Tomat dan Ulat ini.