Game Level 11 Day 2: Pendidikan Fitrah Seksualitas Sejak Dini
Bismillah...
Diskusi hari kedua dengan tema Pendidikan Fitrah seksualitas
sejak dini. Alhamdulillah tercerahkan sekali dengan adanya diskusi-diskusi di level sebelas
ini. Malam ini kelompok yang menamai diri mereka dengan KARA (saya jadi
inget girlband dari negeri ginseng tahun kapan) Memulai dengan membahas Apa
itu fitrah seksualitas?
Fitrah seksualitas itu adalah tentang bagaimana seseorang
berpikir, merasa dan bersikap sesuai gendernya.
Contohnya : jika dia perempuan maka bersikaplah sebagai
perempuan, begitu juga kalau dia laki-laki harus bersikap sebagai laki-laki
Kenapa harus dikenalkan sejak Dini?
- Membuat anak mengerti identitas seksualnya
Indikator:
- Anak sudah mengerti bahwa dia laki-laki/perempuan. Sejak usia 3thn anak sudah paham identitasnya.
- Orangtua memperkenalkan organ seksualitas mereka. Sebaiknya menggunakan nama ilmiah.
- Mengenali peran seksualitas pada dirinya
- anak mulai paham dengan peran seksualnya. Dari cara berpakaian, bertingkah laku dll
- Mengajarkan anak untuk melindungi diri dari kejahatan seksual
- Anak diajarkan area area yang tidak boleh disentuh oleh orang lain.
Tahapan apa saja yang harus
dilakukan dalam memperkenalkannya?
Untuk anak usia dini bisa dilakukan dengan cara mewarnai,
memberikan contoh barang yang dipakai anak perempuan/anak laki-laki.
Alasan kenapa harus memperkenalkan pendidikan fitrah
seksualitas sejak dini
- Bahaya akhir zaman
- Tingginya kasus perceraian, sosial patriaki,dan pornografi
- Hamil diluar nikah, aborsi, dan kejahatan seksual
- Kekerasan seksual pada anak
- fenomena media sosial
- Ketidaktahuan tentang apa dan siapa itu mahram
- Pubertas pada remaja
Berikut Cara membangkitkan fitrah seksualitas pada anak
menurut Harry Santosa (Fitrah Based Education)
image source: naninurhasanah.blogspot.com |
Image source: naninurhasanah.blogspot.com |
Sesi Diskusi:
1. Mau tanya yaa mba KARA 🙋🏻
Mengenai tahapan penumbuhan fitrah seksualitas, kenapa yaa
usia 7-10 dekatkan sesuai gender, dan 11-14 dekatkan lintas gender?
Jawaban
Fitrah Seksualitas
Oleh : Harry Santosa
.
Punya suami yang kasar? Garing dan susah memahami perasaan
istrinya? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa anak
sebelum aqilbaligh.
Punya suami yang "sangat tergantung" pada
istrinya? Bingung membuat misi keluarga bahkan galau menjadi ayah? Coba
tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak.
Kok sebegitunya?
Ya karena sosok ayah dan ibu harus ada sepanjang masa
mendidik anak anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas
anak tumbuh indah paripurna. Pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan
pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.
Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang
berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau
sebagai perempuan sejati. Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada
kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.
Riset banyak membuktikan bahwa anak anak yang tercerabut
dari orangtuanya pada usia dini baik karena perang, bencana alam, perceraian,
boarding school dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, sejak perasaan
terasing (anxiety), perasaan kehilangan kelekatan atau attachment, sampai
kepada depresi. Kelak ketika dewasa memiliki masalah sosial dan seksualitas
seperti homoseksual, membenci perempuan, curiga pada hubungan dekat dsbnya.
Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, sosok ayah ibu
senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses
pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan
kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.
Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada
ibunya karena ada menyusui, di usia 3 - 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan
harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan
rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak
usia 3 tahun.
Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu
membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham
menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian
maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai
perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas
fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan
"saya perempuan" atau "saya lelaki"
Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas
gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik)
maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah
dimulai.
Hati hati memasukkan anak kita ke PAUD yang gurunya tidak
sepasang, karena bisa mengganggu keseimbangan emosional dan rasional. Anak
lelaki yang gurunya lebih banyak perempuan berpotensi "melambai",
sementara anak perempuan gurunya lebih banyak lelaki cenderung tomboy dsbnya.
Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan
kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio
sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada
perintah Sholat.
Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran
sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, bermain dengan ayah sebagai
aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran
kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.
Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi
kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian
dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya
dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak
lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.
Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran
keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah
tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti
dalam urusan keperempuanan dan keibuan.
Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak
perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama
yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap
dibuahi bagi anak perempuan.
Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka inilah
pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin
menguat.
Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 - 14? Nah
inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius
menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.
Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan
oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak
perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah
tertarik dengan lawan jenis.
Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki
dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal
Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua
karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak
menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak
lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.
Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia
10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke
ayah. Apa maknanya?
Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di
masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara
empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan
jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan
bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita
ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.
Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini,
tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan
perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki
dewasa atau suami yang kasar, egois dsbnya.
Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar
seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan
jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok
lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan,
dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi
anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya
sekaligus tempat curhat baginya.
Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak
berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap
dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.
Semoga kita dapat merenungi mendalam dan menerapkannya dalam
pendidikan fitrah seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki kita tumbuh
menjadi lelaki dan ayah sejati, dan agar anak anak perempuan kita tumbuh
menjadi perempuan dan ibu sejati.
Agar para propagandis homo seksualitas tidak lebih pandai
menyimpangkan fitrah seksualitas anak anak kita daripada kepandaian kita
menumbuhkan fitrah seksualitas anak anak kita.
Agar ahli kebathilan gigit jari berputus asa, karena kita lebih ahli dan
berdaya mendidik fitrah anak anak kita.
Salam Pendidikan Peradaban
Sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=487089238305266&id=268413820172810
2 2. Izin bertanya mba tentang
pubertas, pada umur berapa seharusnya kita mengajarkan pada anak kita?
Jawaban:
Menurut alma pribadi, baiknya sudah mulai
'sounding' sejak dini mbak. Bisa dari umur 0 bulan malah.
Pendekatannya disesuaikan dg umur tadi. Misal
bisa dg nyanyi, dg gambar, dll
Sperti penjelasan dlm
materi bahwa Orang tua memperkenalkan organ seksualitas sebaiknya menggunakan
nama ilmiah, tetapi sy belum menggunakan bhsa ilmiah tsb. Msih pake istilah😌bukan menyebut kelamin wanita dgn vagina.atau kelamin
pria dgn penis🙈
Karena lingkungan dr keluarga jg yg penyebutannya bgtu sudah
turun temurun pake istilah bkn bhsa ilmiah😃,
bagaimana ya cara merubah nya ya mbk, aku jg nyebut nya masih agak kaku kalo
bilangnya vagina.
Tanggapan:
Kami d rmh nyebutnya
kemaluan... Belum sebut nama. Kira-kira jadi masalah ga ya nantinya?
Jawaban:
Kalo jadi masalah atau nggak belum tau mbak ya 🙈 soalnya kalo realistis, kita pun yang diajarin begitu
dulu tak semuanya jadi bermasalah.
Tp menilik pada kebutuhan jaman now, menurut alma memang
perlu dijelaskan dengan gamblang
Hmmm... oke oke.. sepertinya saya
yg masih mencari timing untuk mengenalkan 'nama' ini ke anak2
Terimakasih jawabannya mba alma
Sama2 mbak
Ada temen yg dia itu konsisten banget soal inj
Juga ttg hal lain yg masih dianggap tabu sama kebiasaan orang tua jaman dulu
Saya dan suami awalnya sekalian mengenalkan ke anak2 bahwa yg namanya kemaluan ya malu jika sampai terlihat org lain. Konsep aurat maksudnya
Tapi tdk pernah juga membahasakan burung dan lain-lainnya.
Berarti memang harus
gamblang yaa penyebutannya
Pernah ikut kulwap beliau juga
di salah satu grup mommies. Jadi dia campaign ttg pentingnya edusex sejak dini.
Salah satunya ttg pengenalan organ intim itu
Kaitannya nanti, agar anak
tidak merasa malu ketika ada hal asing dan jelas menceritakannya (seperti
naudzubillah kekerasan atau kejahatan seksual itu)
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...