Obrolan ringan bersama A dan E pagi ini kami banyak membahas tentang kegiatan kami akhir pekan lalu. Saat itu kami memilih berolahraga pagi bersama. Saya yang kemudian memiliki acara bersama teman-teman di komunitas akhirnya memisahkan diri sejenak. Sedangkan A, E, dan ayah melanjutkan olahraga bersama.

image source pixabay

Pagi ini saya mengetahui bahwa ketika berolahraga ternyata mereka sempat dihampiri oleh beberapa orang yang sedang ada acara ditempat yang sama dengan kami berolahraga tersebut. Hal yang menarik perhatian saya adalah ketika A bercerita bahwa mereka ditawari balon dan kipas sebagai souvenir. A yang dimintai pendapat oleh ayah dengan tegas menolak menerima balon dan kipas tersebut. Alasannya, A tidak ingin jika nanti balon tersebut sudah tak terpakai lagi maka kami akan terpaksa membuang balon tersebut, dan itu berarti akan ada sampah. Alasan lain yaitu ia tak ingin jika tiba-tiba balon tersebut terlepas dari genggaman dan terbang ke udara malah mencelakai burung yang sedang terbang. Seketika rasa haru serta syukur menyelinap ke dalam relung hati saya. Meniggalkan jejak hangat disana.

Saya kemudian menanyakan kenpa ia tidak memilih kipas saja jika tak ingin menerima balon, agar tak mengecewakan orang yang sudah berniat berbagi ujar saya. Jawaban A lagi-lagi membuat saya terdiam. 

"Kita sudah pernah mendapat hadiah kipas dari Kakak Q, dan kipas itu masih ada.. "

"Oh, Oke" Saya tak bisa banyak berkata-kata.

"Nanti mubazir...!" Jlebb, ini benar-benar membuat saya terdiam.

Berikutnya yang membuat saya tak sabar ingin menulis di lembar portofolio A adalah kemampuannya mengingat tempat dengan begitu detail. Saat menceritakan lokasi mereka yang ditawari kipas dan balon tersebut ia menggambarkannya lengkap dengan bangunan serta warna cat bangunan tersebut. Saya lalu mengingat bahwa setiap kami mengunjungi tempat yang baru A biasanya mudah mengingat detail tempat tersebut. Ah, ada satu ciri kecerdasan Visual-Spasial dalam diri A ternyata.