Bismillah...

Mendapat tugas mengamati keunikan A dan E mau tidak mau membuat saya berpikir tentang aktivitas  apa yang akan kami lakukan bersama setiap harinya. Tapi terkadang keunikan mereka justru muncul saat kami melakukan hal-hal kecil dan sederhana. Seperti hari ini ketika E selesai memakan buah jeruk. Ia tak lantas membuang kulit jeruk tersebut ke tempat sisa organik yang sudah saya sediakan di rumah kami.

Apa yang dilakukan E adalah ia menyobek-nyobek kulit jeruk tersebut lalu memasukkannya ke dalam botol bekas yang biasa saya gunakan untuk membuat ecoenzyme. A yang memperhatikan E pun menanyakan apa yang sedang dilakukannya. Santai saja E menjawab bahwa ia sedang menyobek kulit jeruk untuk membuat cairan pembersih. Ya, saya biasa menjawab akan membuat cairan pembersih jika E bertanya ketika melihat saya menyobek kulit jeruk dan beberapa kulit buah lainnya serta mengajaknya untuk ikut menyobek-nyobek. Saya menjawab demikian dikarenakan ingin menyederhanakan bahasa ecoenzyme bagi E. dan kali ini E menjawab pertanyaan dari A dengan cara yang sama. A akhirnya ikut membantu E menyobek kulit jeruk untuk kemudian dimasukkan E kedalam botol. Meskipun proses pembelajaran ini tak benar-benar seperti orang yang akan membuat ecoenzyme karena untuk membuat ecoenzyme ada takaran tertentu serta hal lain yang harus dilakukan, namun ini cukup bagi saya untuk kembali menyimpulkan beberapa hal tentang keunikan E.

Saya mencatat bahwa E kembali menunjukkan ketertarikannya terhadap apa yang saya lakukan jika hal tersebut berhubunga dengan alam. Jika A begitu tertarik saat saya melakukan hal-hal yang berhubungan dengan crafting, henna, serta hal-hal yang mengharuskannya menata sesuatu seperti ketertarikan yang ditunjukkannya saat mengelola pojok baca. Maka E begitu bersemangat meniru saya saat memasukkan daun-daun kering ke dalam komposter di rumah kami, menanam benih dan kini mencoba membuat ecoenzyme ala E.