Review Buku The Danish Way Of Parenting; Day 1
Bismillah..
"Dari waktu ke waktu kita semua pernah memikirkan apa artinya menjadi orang tua.Entah itu muncul sebelum kelahiran anak pertama anda, selama mengasuh balita, atau ketika ada pertengkaran di meja makan ketika anak anda tidak mau makan sayuran, kita semua pernah sesekali berpikir, Apakah saya telah melakukannya dengan benar?"
Begitulah kalimat pembuka pada bab pertama buku The Danish
Way of Parenting yang kutargetkan selesai membacanya dalam satu pekan ini. Pertanyaan
yang diajukan oleh penulis buku tersebut memang seringkali muncul saat ada
kondisi yang tidak sesuai ekspektasi dalam realita pengasuhan di rumah kami.
Pada bab pertama ini Jessica dan Iben menyadarkan aku bahwa
meskipun sebagai seorang muslim sudah sangat banyak panduan tentang
pengasuhan bisa kujumpai di dalam teks
Alquran ataupun hadits-hadits Nabi akan tetapi cara pengasuhan ku dan sebagian
besar orangtua lainnya terkadang banyak terpengaruh justru oleh adat serta
kebiasaan turun temurun dari orang-orang terdahulu. Pengaruh ini bisa sangat
dominan meskipun pada keadaan tertentu ternyata bertentangan dengan tuntunan yang
terdapat dalam Alquran dan Hadits.
"Kepercayaan dasar tentang cara yang benar untuk mengasuh sangat mendarah daging dalam masyarakat kita sehingga hampir mustahil untuk melihatnya secara objektif."
Contoh kecil yang kemudian rasanya semakin menamparku adalah
kenyataan bahwa anggapan tentang semakin cepat anak bisa calistung semakin baik,
apalagi jika kemampuan ini dicapai pada usia sedini mungkin. Aku sejak lama menolak anggapan ini
secara teori, namun pernah pula merasa
terintimidasi saat A belum bisa membaca
Alquran dan di saat yang sama menyaksikan anak seusianya sudah lancar dan
bahkan sudah memiliki hafalan. Berikutnya disadari atau tidak, para orang tua
menjadi lebih kompetitif, tak hanya dengan orang tua lain tetapi juga dengan
dirinya sendiri. Keadaan ini pula yang kemudian memicu stress pada orang tua
dan bahkan anak-anak yang secara tak sadar terseret dalam situasi kompetitif
ini.
Wow, Masya Allah... baru beberapa lembar saja membaca dan
aku sudah menggarisbawahi banyak hal. Aku kemudian merenungi seberapa banyak aku menjadi kompetitif dalam
hal pengasuhan ini? seberapa dalam aku menyeret A dan E dalam situasi ini?
Semoga tidak terlalu fatal jika pun aku ternyata melakukan kesalahan pada A dan
E. Aamiin..
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...