Game Level 7 Day 2: Buku Baru
Bismillah...
Saat sedang mengobrol santai bersama A tiba-tiba ia terdiam
seperti sedang berpikir. Detik berikutnya ternyata ia mengucapkan sesuatu yang
membuat saya terdiam.
“Ma. Kaya nya kita harus beli buku lagi deh untuk pojok baca kita!” Ekspresi wajahnya menandakan bahwa ia sedang sangat serius ketika mengutarakan hal tersebut.
“Hmmm...” saya masih menimbang-nimbang akan menjawab apa.
Karena sebenarnya saya memang berniat menambah koleksi buku
yang tidak banyak namun cukup untuk memulai sebuah pojok baca sederhana ala
kami.
image source: pixabay |
Selain itu, keseringan di baca membuat kondisi beberapa buku
menjadi agak lusuh. Sebagian lagi bahkan ada yang robek karena terkadang ada peristiwa rebutan buku
antara A dan E.
“Buku yang sekarang kenapa memangnya, A?”
“Ga papa, biar lebih banyak bukunya!
“Kami sudah selesai semua baca yang itu.” Maksudnya buku yang ada sudah di baca oleh A dan teman-teman pojok bacanya.
“A pernah hitung ga berapa jumlah buku yang sekarang?”
“Mmmm...”
“Coba hitung dulu, jadi bisa tahu kalau ada buku yang tercecer”
“Ngga ada yang tercecer kok ma...”
“itu..” saya menunjuk sebuah buku yang tidak diletakkan A di keranjang yang biasa digunakannya sebagai wadah bagi buku-buku tersebut.
“Oh.. itu sih bukan tercecer, Ma! A yang sengaja taroh di situ”
“Lho?”
“Iya soalnya teman-teman ga akan suka baca itu”
“Tau dari mana?” Saya yang baru mengetahui bahwa buku tersebut sengaja ia pisahkan dari buku lainnya terus bertanya.
Setelah dijelaskan oleh A barulah saya paham bahwa ia
mengukur kesukaan teman-temannya dari apa yang ia suka. Jadi jika menurutnya
itu bagus, A berpikir bahwa menurut temannya juga sudah pasti bagus.
Saya lantas mencoba mengingat lagi bahwa memang ada beberapa
buku yang sepertinya tercecer dan tidak dikeluarkan saat jadwal pojok baca.
Obrolan santai kami hari ini di tutup dengan saya yang
membolehkan A membeli buku baru lagi jika ia sudah selesai menghitung semua buku
yang ada saat ini. Dan A setuju.
Hal penting yang saya catat kali ini, ternyata A
sungguh-sungguh memikirkan bagaimana agar pojok bacanya benar-benar menarik
minat teman-temannya untuk membaca. Dan dari sudut pandang A salah satu caranya
adalah dengan menambah koleksi buku. Analisa yang keren menurut saya untuk
ukuran anak seusianyay. A begitu berbinar ketika membahas hal ini. Sama berbinarnya
ketika beberapa hari sebelumnya ia meminta ayahnya membuatkan lemari buku yang
lebih besar, lengkap dengan desain yang ada dalam pikirannya. Meskipun kemudian
kami dengan berat hati harus mengatakan pada A bahwa untuk saat ini belum bisa
memenuhi permintaannya karena alasan A akan kesulitan untuk mengeluarkan dan
memasukkan kembali lemari tersebut.
Catatan lainnya, saya memiliki Pe-eR untuk mengubah cara A
memandang bahwa apa yang tidak disukainya, juga tak akan disukai oleh orang
lain.
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...