Game level 7 Day 1: Pojok Baca A
Bismillah...
Beberapa tahun yang lalu ketika berkesempatan mengikuti
pelatihan guru oleh pak Munif Chatib saya mengingat salah satu poin yang beliau
tekankan bahwa sebagai orang tua maupun pendidik, hal yang harus selalu diingat
adalah temukan selalu sisi unik dan positif anak setiap harinya. Karena semua
anak adalah bintang. Hal berikutnya yang saya catat adalah bahwa Allah yang
Maha Sempurna tidak akan menciptakan produk gagal. Mereka masing-masing adalah masterpiece. Dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing pula. Bertahun berlalu entah kenapa
kalimat ini seperti timbul tenggelam dalam ingatan. Bersyukur pada level ketujuh ternyata tugas
sabagai orang tua adalah menemukan keunikan setiap anak, setiap harinya. Memperhatikan,
mengobesrvasi, mencatatnya dengan detail hingga nanti ini akan menjadi portofolio
mereka, satu hal yang sangat penting bagi homeschooler seperti A dan E.
Maka beberapa waktu belakangan saya yang sedang
memperhatikan dan mencatat kebiasaan belajar baru A merasa seperti mendapat
teguran agar lebih serius memfasilitasi A. Kali ini A sedang sangat tertarik
untuk mengelola Pojok Baca sederhana di sudut teras rumah kami. Pengelolaan sederhana
ala A yang membuatnya begitu bersemangat. Mencatat nomor seri buku dengan nomor
yang ia sukai, membuat kartu anggota pembacanya (yang uniknya ia buat dengan
memanfaatkan kertas bekas mengajar milik ayahnya), mengatur jadwal buka tutup
pojok baca, hingga mencari pembaca yang tak lain teman bermainnya di lingkungan
rumah kami. Malam hari saat kami sudah memasuki waktu tenang tidak membuat A
berhenti menuliskan berbagai hal yang ia rasa kurang untuk pojok bacanya. Walaupun
tentu saja lagi-lagi ini semua dilakukannya dengan sederhana sekali. Ala A,
begitu saya menyebutnya.
Saat A mendapati ada salah seorang temannya yang tak suka
membaca terlalu lama, raut sedih tak dapat disembunyikannya meskipun A berusaha
tak memberikan komentar pada temannya tersebut. Namun malam harinya ternyata
hal ini menjadi sesuatu yang ingin dibahasnya saat pillow talk kami. Saya yang
lebih banyak mendengar akhirnya berujar bahwa tak apa jika saat ini temannya
belum terlalu menyukai berlama-lama membaca,
semoga nanti jadi lebih suka. Dan A tak boleh memaksa temannya. Anggukan kecil
walaupun masih dengan raut sedihnya saya anggap sebagai tanda mengerti dari A.
Ya, di usianya saat ini saya ternyata di sajikan keunikan
yang dulu tak saya miliki saat seusia A. Saya bahkan baru berpikir untuk
melakukan hal seberat mengelola pojok baca ini saat sudah memasuki fase
emak-emak.
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...