Game Level 3 Day 8: Ayo Pilih...
Bismillah...
Hari kedelapan tantangan sepuluh hari game level tiga kelas
bunda sayang. Sejujurnya tantangan kali ini benar-benar menguji konsistensi
saya baik dalam menjalani tantangan itu sendiri maupun dalam menyetorkan narasi
tantangan yang saya lakukan bersama A dan E. Tantangan yang sempat terlambat
saya memulainya. Namun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan. Dan
tanpa terasa sudah memasuki hari kedelapan saya menuliskan narasi tantangan
kali ini. Alhamdulillah.
Tujuh hari sebelumnya saya fokus pada project yang bertujuan
meningkatkan kemampuan membaca A sekaligus membiasakannya membaca setiap
menjelang tidur. Hari kedelapan saya mulai mengalihkan fokus pada E karena saya
melihat A sudah mulai bisa mengatur dan mengingat sendiri kegiatan yang harus
ia lakukan menjelang tidur setiap malamnya.
Untuk E saya memperhatikan terkadang harus bernegosiasi
cukup lama dengannya ketika memutuskan akan melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Maka saya mencoba melakukan project bersama E dengan tema “Ayo Pilih”.
Berbeda dengan A yang sudah bisa diajak berkomunikasi dua arah tentang project
kami. E dengan gayanya yang jauh berbeda dari A belum saya jelaskan secara
gamblang tentang project ini. Saya hanya akan berusaha memanfaatkan momen-momen
bernegosiasi dengannya untuk membuatnya memilih setelah memberikan gambaran
sederhana tentang konsekuensi setiap pilihannya.
Project dimulai saat E
melakukan salah satu kegemarannya. Akhir-akhir ini ia gemar
memukul-mukul sesuatu, bukan karena marah. Lebih karena ia menyukai aktivitas
memukul ini. Untuk anak seusia E, aktivitas memukul sesungguhnya bisa mengasah
keterampilan motoriknya. Masalahnya adalah... terkadang objek yang dipukul oleh
E adalah sesuatu yang tdak seharusnya dipukul. Seperti hari ini E tiba-tiba
memukul laptop. Maka saya berusaha memanfaatkan momen ini untuk melakukan
project kami. Saya memegangi tangannya dan sambil menatap matanya saya mencoba
mengajaknya berpikir.
“Kenapa E pukul Laptopnya?”
“Ga tau...”
“Menurut E boleh ga laptopnya dipukul?”
“Ga!”
“Kenapa ga boleh?”
“Nanti rusak...”
“E mau laptopnya rusak?” saya mulai meminta E untuk memilih.
“Ga mau...”
“Jadi harus gimana sama laptopnya biar ga rusak?”
“Sayang!”
“okee...”
“harus gimana?” saya ingin memastikan
“Sayang..”
“Baik, kita sayang ya Laptop kita...!” Closing statement dari saya.
“Iya, ma..” kali ini E mengangguk. Semoga itu pertanda bahwa ia mengerti.
Percakapan kami berakhir setelah mendengar suara salam dari
ayah yang baru tiba di rumah. A dan E pun segera berlarian menyambut ayahnya. Rutinitas
yang hampir selalu mereka lakukan saat menyambut ayah. Daan begitulah project bersama E hari ini. Tak hanya E yang sedang belajar, melainkan saya juga. Belajar untuk tak terburu-buru memutuskan apa yang harus E lakukan. Belajar membiarkannya memilih dengan tetap membersamainya.
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...