Game Level 4 Day 14: Panen...
Bismillah...
Hari ini jadwal outing kami sekeluarga, dan kali ini tujuan
kami adalah kebun hidroponik milik salah seorang praktisi hidroponik yang cukup
terkenal di kota kami. Kegiatan kami hari ini terasa lebih istimewa karena kami
melakukannya bersama keluarga homeschooler lainnya. Sejak beberapa hari
sebelumnya saya sudah pengumuman kepada E dan A bahwa kali ini akan sangat seru
karena mereka bisa memanen sendiri sayuran hidroponik yang nantinya akan
dimasak di rumah. selain itu tentu saja akan seru karena mereka akan bertemu teman-teman baru, ujar saya. E seperti biasa karena belum mengerti tidak terlalu
menunjukkan bahwa ia tertarik. Ia hanya tahu bahwa kebun yang akan kami
kunjungi ini adalah milik ibu dokter yang biasa mengobatinya ketika sakit. Barulah saat
menjelang keberangkatan ke tempat tujuan E sibuk memilih outfit yang ingin dikenakannya.
Tak tanggung-tanggung ia memilih kemeja kesayangannya untuk dipakai. Setelah saya
jelaskan bahwa kali ini kita akan berkotor-kotor E akhirnya membatalkan pilihan
outfit yang sebenarnya lebih cocok jika dipakai ke undangan pernikahan atau
sejenisnya, hehe.
Di kebun hidroponik yang lebih sering disebut oleh
pemiliknya sebagai urban farm ini
ternyata kami sudah ditunggu oleh asisten bu dokter yang akan menemani kami untuk
menjelaskan seluk beluk hidroponik. Untuk hal ini sepertinya justru para
orangtua yang terlihat antusias. Benar saja, saat sesi pengenalan tentang
bercocok tanam dengan cara hidroponik terlihat sekali anak-anak justru tidak
sabar ingin segera memanen sayuran yang sengaja disiapkan untuk mereka panen. Tiba
saat memanen sudah bisa ditebak bahwa kami akan menyaksikan wajah-wajah penuh
semangat. Ya, mereka para anak homeschooler yang baru bertemu hari ini ternyata
bisa beradaptasi dengan teman-teman barunya, saling membantu meskipun masih terlihat malu khususnya A.
Bagaimana dengan E? tadinya saya tidak terlalu mendorong E
untuk ikut serta memanen, namun ternyata E begitu bersemangat meskipun beberapa
kali ia salah mengambil sayur yang akan dipanen. Jika anak-anak yang berusia
lebih besar sudah mengerti mana saja sayur yang boleh dipanen, tidak demikian
dengan E. ia sempat mengambil sayur yang masih berukuran kecil. Aktivitas mengambil
sayuran dari modul lalu melepaskan netpot
hingga melepaskan flanel dari rockwool sepertinya begitu di nikmati oleh E dan
A. Selesai memanen, anak-anak diajak menimbang sendiri sayuran yang sudah
dipetik untuk kemudian melakukan proses packing, lagi-lagi sendiri. Bergantian mereka
melakukannya dengan bimbingan dari kakak asisten yang begitu sabar sampai harus
mengorbankan jam pulang kerjanya menjadi lebih lambat dari biasanya.
Sebelum pulang kami menyempatkan melihat-lihat galeri
peralatan hidroponik disana dan tanpa disangka ternyata A meminta saya untuk
membeli benih. Saat saya tanyakan untuk apa, lugas ia menjawab bahwa ia akan
belajar menanam benih saat sudah tiba dirumah. Setelah sedikit kesepakatan tentang
kewajibannya saat sudah mulai menanam benih, akhir nya saya biarkan A memilih
benih yang ingin ditanamnya.
Catatan saya kali ini, E yang sejak awal belum mengerti
tentang rencana kegiatan kami ternyata justru mempersiapkan diri sampai pada
tahap memikirkan outfit yang akan dikenakannya. Lalu kenyataan bahwa E juga
cukup terlibat dalam kegiatan pembelajaran kali ini membuat saya malu telah
berpikir bahwa ia mungkin belum bisa mengikuti kegiatan panen ini. Hmm... betapa sebagai orangtua harus selalu berbaik sangka pada anak. E justru
bisa dikatakan terlibat dalam semua proses memanen ini. Ia lagi-lagi belajar
melalui praktek langsung. Selanjutnya A, meski diawali dengan malu-malu ia
ternyata juga bersemangat dengan kegiatan ini bahkan sampai berpikir bahwa kami
harus memulai kembali bertanam sayur dengan cara hidroponik ini dirumah. Ya,
sekitar dua tahun yang lalu kami pernah melakukannya, namun karena bayak hal
akhirnya kami berhenti. Sepanjang perjalanan pulang A mengganti
topik obrolan tentang menu apa yang akan kami masak dengan sayuran segar yang
sekarang sudah tersusun rapi didalam tas anyaman yang sudah kami bawa dari
rumah. Ah saya jadi ikut merasa tidak sabar ingin mencicipi menu yang bahkan belum kami masak ini, hehe...
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...