Bismillah...

Mengawali narasi tantangan dihari ketujuh ini tepat sekali rasanya jika saya mengucap alhamdulillah. Sebab dipagi hari entah kenapa saya lupa mengingatkan A untuk melakukan tugasnya menyapu. Akan tetapi justru A lah yang mengingatkan saya. Ya, saya sudah memegang sapu dan bahkan sudah mulai menyapu, saat melewati kamar A sepertinya ia melihat saya yang sedang menyapu. Tak disangka ia berlari menghampiri saya sambil mengucapkan kalimat yang membuat saya senang bukan kepalang.

Reaksi saya saat itu hanya terdiam karena terkejut dengan kalimatnya. Saya sampai lupa harus sesegera mungkin mengucapkan terimakasih padanya.  Tapi beberapa detik kemudian rasa syukur menyelimuti hati saya. Dan ucapan terimakasih sepertinya membuat A semakin bersemangat menyapu. Tak ada lagi episode mengingatkan A untuk melakukan tugasnya sambil menyaksikan ia tak bersemangat melakukannya. Hingga beranjak siang saya masih merasakan senang yang luar biasa dengan sikap A, Alhamdulillah...

Sedangkan cerita E, ia sedikit berbeda hari ini. Beberapa kali harus diingatkan untuk segera memakai baju atau celana setelah selesai dari BAK. Namun saya tetap bersyukur karena setidaknya E tetap memakai sendiri baju atau celana pada akhirnya. Sedikit drama dengan E tentu tak bisa menutupi kebahagiaan yang saya rasakan atas sikap yang ditunjukkan A saat pagi tadi, bukan? Alhamdulillah...

Menjalani tantangan ini setiap harinya, membuat saya belajar banyak, terkadang saya seperti diingatkan untuk kembali membaca materi pada tantangan dilevel satu berupa komunikasi produktif. Hari berikutnya saya harus berjuang dengan cara mengganti strategi. Lalu hari ini saya belajar untuk selalu mengingat bahwa ucapan terimakasih yang terdengar sederhana bisa menyemangati orang yang mendengarnya. Serta tak lupa saya ingin mencatat, sekecil apapun usaha A dan E harus selalu saya syukuri.