Tentang Warna
Bismillah...
Awal bulan februari aku tak sengaja melihat sebuah postingan di explore instagram tentang seorang halima aden yang dinobatkan sebagai salah satu wanita tercantik versi tc candler. Wanita dengan latar belakang sebagai pengungsi dari Somalia , tinggal di kamp pengungsian di Kenya, mengadu nasib ke Amerika, lalu melejit dan bersinar setelah mengikuti ajang kecantikan di kota Minnesota, tempat ia dan ibunya menetap. Bukan saja sebagai peserta, ia bahkan menjadi semi finalis.
Berhasil menarik perhatian karena memilih burkini disaat peserta lain memakai swimsuit, serta sederet hal lainnya membuat gadis hitam manis yang dari cara berbicaranya aku menebak adalah seorang yang cerdas ini semakin mendapat perhatian. Ia juga ternyata menjadi hijaber pertama yang melenggang di Milan Fashion Week dan merupakan supermodel berhijab yang berkali-kali membuat publik mengarahkan mata padanya, mulai dari dikontrak agensi sekelas IMG, menjadi cover majalah Vogue, hingga terpilih sebagai Brand Ambasador UNICEF USA. Sebagai seorang yang pernah sangat memperhatikan dunia fashion aku menganggap pencapaian gadis hitam manis ini termasuk luar biasa. Lebih luar biasa lagi kala ia memutuskan berhenti dari industri yang mengangkat namanya ini dengan alasan agamanya.
Aku kemudian mencoba melihat-lihat seperti apa kategori wanita tercantik dari tc candler ini. Saat mampir ke akun instagramnya aku cukup takjub mengetahui bahwa the 100 most beautiful versi mereka sangat berwarna. Tak hanya berwarna, bentuk mata, dan wajah yang terpampang di sana pun cukup beragam. Lalisa Manoban - penggemar Kpop pasti mengenalnya - berada di urutan pertama, lalu sederet nama lain yang beberapa di antaranya ada yang sering kudengar.
Hal yang membuatku tertarik adalah betapa beragamnya ciptaan Allah yang bernama wanita ini. Tak peduli ia berkulit hitam, putih, sawo matang, kuning langsat, bermata biru, coklat, hijau, rambut lurus, keriting, mengembang, mereka semua cantik.
Aku tak sedang berusaha menjadi pengamat kecantikan, namun membaca profil Halima Aden cukup menambah referensi untuk bahan bercerita dengan A. Sebab aku teringat A yang sempat merasa minder karena merasa tak seputih orang lain. Padahal warna kulitnya adalah suatu hal yang wajar menurutku, bukankah ia lahir dan tumbuh di negara yang terkenal dengan identitas warna kulit sawo matang? Perasaan A ini tak muncul seketika, berkali-kali ia mendapat komentar tentang warna kulit menjadi penyebabnya.
Ah, jika ngin mencari tokoh inspirasi kenapa tak memilih kisah para shahabiyah saja? Tentu aku menceritakannya pada A, namun kisah Halima Aden ini terjadi pada masa ini, dan A bisa melihatnya.
Aku dan pak Su sering membacakan kisah Bilal bin Rabah sang budak hitam muadzin Rasulullah. Aku juga jadi sering mengajaknya melihat betapa warna kulit yang cantik itu tak cuma putih, semua warna sama cantiknya, lebih cantik lagi jika dihiasi dengan akhlak yang mulia. Namun hidup tak hanya tentang warna kulit. Ada banyak hal berharga lain yang selalu patut disyukuri. Wallahu a'lam
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...