Kemampuan Menjelajah
Setiap anak adalah masterpiece, karya agung dari Sang Maha
Pencipta karena tentu tidak ada istilah produk gagal pada setiap ciptaanNya. Mereka
– anak-anak – adalah bintang yang akan bersinar dengan caranya masing-masing. Kalimat
ini aku dapatkan ketika mengikuti seminar bersama Pak Munif Chatib bertahun
lalu, lagi-lagi saat masih berprofesi sebagai pendidik. Dalam seminar kala itu
kami diingatkan bahwa seorang guru harus meyakini kalimat di atas saat
memandang setiap anak didiknya. Bahkan lebih jauh lagi beliau meminta kami
mengasah discovering ability atau kemampuan untuk menemukan harta karun dalam
diri anak didik setiap harinya agar mampu membaca setiap potensi mereka, sekecil
apapun potensi tersebut. Aku tak terlalu ingat bagaimana detailnya, namun beliau
meminta agar setiap pagi kami bisa lebih peka menemukan kelebihan setiap anak
didik yang datang ke sekolah hari itu. Dengan cara demikian maka tak akan ada
lagi label nakal, bodoh, sulit diatur,
serta label lainnya melekat pada anak-anak didik.
Apa yang aku dapatkan pada seminar tersebut tentu tak hanya
bisa diterapkan dalam konteks profesi pendidik. Dalam buku Orangtuanya Manusia,
beliau menggunakan kalimat “Menjelajah kemampuan anak meskipun sekecil debu”.
Orang tua harus memiliki hobi baru, yaitu melakukan discovering
ability kepada anaknya. Menjelajah kemampuan anak meskipun sekecil debu. Seperti
penyelam yang mencari harta karun terpendam. Menjelajah kemampuan anak jika
disederhanakan ternyata bisa dimulai dengan kepekaan orangtua terhadap semua
kebaikan anak, mengapresiasi si kecil saat ia bisa menutup pintu dan jendela, atau
sekadar mendengar dengan tulus saat si remaja curhat.
Kembali ke masa kini saat aku akhirnya merasakan menjadi orangtua, discovering ability ini sangat membantu untuk membangun bonding dengan A, dan E. Aku ingat bagaimana berbunga-bunganya hati ini saat E tiba-tiba memuji ukiran henna di tangan A dengan ucapan “Wow masya Allah... tangannya cantik”. A yang pernah mengalami minder dengan warna kulit menjadi berbinar dengan ucapan tulus dari E.
Kali lain A tak ketinggalan ikut mengapresiasi usaha E
saat belajar menulis. Dengan ucapan yang sederhana namun membuat E jadi sangat
bersemangat.
“Wah sekarang sudah mulai bagus ya, tulisan E!” kalimat ini
memakan waktu hanya beberapa detik saja untuk diucapkan, namun dampak yang
terlihat sangat-sangat besar. Hari itu E menulis huruf hingga beberapa lembar banyaknya. Sebuah pencapaian luar biasa untuk ia yang masih belajar.
Kemampuan mereka mengapresiasi kelebihan masing-masing ini
tentu tak akan muncul jika kepekaan terhadap keunikan saudaranya tak pernah
diasah.
Hari ini aku
mengingat saat-saat seminar dan membaca kembali buku orangtuanya manusia untuk
memantik kesadaran bahwa A dan E memang berbeda. Salah satu dari mereka sangat
piawai mengingat letak benda hingga menghafal arah serta jalan yang baru
dilaluinya. Sementara salah satunya lagi begitu apik dalam hal beberes hingga
aku merasa sangat terbantu ketika akhirnya memiliki bayi lagi karena sebagian
pakaian adik bayi akan ia lipat dengan rapi hingga tersusun sesuai kategori
didalam lemari. MasyaAllah, A dan E benar-benar seorang bintang dengan cara mereka masing-masing. Meskipun tampak kekurangan pada beberapa hal, namun bukankah sebagai orangtua aku pun tak menguasai semua hal serta memiliki segudang kekurangan. Maka hal paling melegakan berikutnya memang tepat seperti yang diucapkan gurunda ibu Septi Peni... berusaha meninggikan bukit, dan bukannya meratakan lembah. Berusaha mengasah kelebihan, dan bukannya memaksa menjadi ahli untuk kekurangan mereka. Wallahu a'lam
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...