Gadis Kecilku, Gadget, dan Lilin Madu
“Ma, boleh pinjam hp mama?,” Seperti itu kira-kira pertanyaan gadis kecil empat tahunku beberapa hari yang lalu. “Boleh, tapi untuk apa?,” tanyaku. “Mau BBM Alya, mau e-tem-e,” jawabnya. E – tem e yang dimaksud adalah sms.
Mau sms, Whatt?? Batinku dalam hati. BBM? Sms? Gumamku sambil dengan kening yang berkerut keheranan. Kulanjutkan obrolan dengannya, mulai dari pertanyaan,” Emang bisa? Mau BBM dan sms apa?,” Dan pertanyaan lain yang aku sendiri sudah tidak ingat lagi. Hari itu sukses dilalui dengan si empat tahun ber whatsapp ria dengan temannya (ternyata yang dia maksud bbm adalah whatsapp). Jangan ditanya seperti apa isi pesannya, karena hampir semua emot yang ada dia kirim untuk sahabatnya itu, pun sahabatnya kemudian membalas dengan voice call atau pesan suara. Entah bagaimana caranya tapi pesan suara itu terkirim ke ponselku. Ah betapa canggihnya anak sekarang.
Besoknya... “Ma, boleh pinjam lagi hp mama?,”pintanya. “Lagi??” ujarku hati. “Kemarin kan sudah,” aku berusaha menjelaskan.“Iya, tapi mau telepon Alya, ma!” ternyata anakku juga ingin mecoba mengirim pesan suara seperti yang dilakukan Alya kemarin, jadilah aku memegang ponsel sambil menungguinya berbicara pada sahabatnya. Kenapa aku yang pegang? Karena dia belum mahir menggunakan fitur pesan suara itu, alhamdulillah hehe.
Tadinya kupikir urusan whatsapp-an anakku dan sahabatnya sudah selesai, tepi ternyata hal itu berlanjut. Alarm dikepala mulai menyala boleh kah begini? Bukan perkara ia berkirim pesan, tapi kejadian lanjutan dari berkirim pesan itu adalah ia mulai minta diperbolehkan nonton video, tidak cukup satu tapi beberapa video sekaligus. Jika tidak diperbolehkan akan memakan waktu yang cukup lama untuk berdiskusi dengannya. Akupun mulai mencari strategi, kuberikan penjelasan bahwa nanti ponsel akan habis baterainya, mata akan lelah jika kelamaan melihat layar ponsel. Hingga alasan bahwa aku sedang mengirim pesan (tapi alasan ini ga bohong lho ya) lalu ponsel kembali jatuh ke tanganku. Tapi kejadian seperti diatas terulang lagi besoknya. Sambil berjalan ke dapur untuk mencari alasan yang lain agar ia tidak terlalu sering berinteraksi dengan gadget, tak sengaja teringat sisa pewarna makanan dan tepung gandum yang ada. Pagi itu anakku sukses melupakan gadget, karena terlalu asyik bermain lilin madu homemade kami. Sambil kuajak mengobrol tentang aturan yang harus ia ikuti jika ingin meminjam ponsel ku untuk menelepon sahabatnya lagi.
Ah, ternyata sederhana ya... cukup meluangkan waktu dengannya, lalu memanfaatkan apa yang ada di rumah bisa membuat gadis kecil empat tahunku setidaknya lupa dengan gadget yang sedikit demi sedikit mulai digandrunginya itu.
Bagaimana dengan Bunda? Semoga bisa meluangkan waktu bersama Ananda tercinta ya. Memberikan mereka aktivitas bermakna, sehingga terhindar dari kecanduan gadget.Aamiin.
Mau sms, Whatt?? Batinku dalam hati. BBM? Sms? Gumamku sambil dengan kening yang berkerut keheranan. Kulanjutkan obrolan dengannya, mulai dari pertanyaan,” Emang bisa? Mau BBM dan sms apa?,” Dan pertanyaan lain yang aku sendiri sudah tidak ingat lagi. Hari itu sukses dilalui dengan si empat tahun ber whatsapp ria dengan temannya (ternyata yang dia maksud bbm adalah whatsapp). Jangan ditanya seperti apa isi pesannya, karena hampir semua emot yang ada dia kirim untuk sahabatnya itu, pun sahabatnya kemudian membalas dengan voice call atau pesan suara. Entah bagaimana caranya tapi pesan suara itu terkirim ke ponselku. Ah betapa canggihnya anak sekarang.
Besoknya... “Ma, boleh pinjam lagi hp mama?,”pintanya. “Lagi??” ujarku hati. “Kemarin kan sudah,” aku berusaha menjelaskan.“Iya, tapi mau telepon Alya, ma!” ternyata anakku juga ingin mecoba mengirim pesan suara seperti yang dilakukan Alya kemarin, jadilah aku memegang ponsel sambil menungguinya berbicara pada sahabatnya. Kenapa aku yang pegang? Karena dia belum mahir menggunakan fitur pesan suara itu, alhamdulillah hehe.
Tadinya kupikir urusan whatsapp-an anakku dan sahabatnya sudah selesai, tepi ternyata hal itu berlanjut. Alarm dikepala mulai menyala boleh kah begini? Bukan perkara ia berkirim pesan, tapi kejadian lanjutan dari berkirim pesan itu adalah ia mulai minta diperbolehkan nonton video, tidak cukup satu tapi beberapa video sekaligus. Jika tidak diperbolehkan akan memakan waktu yang cukup lama untuk berdiskusi dengannya. Akupun mulai mencari strategi, kuberikan penjelasan bahwa nanti ponsel akan habis baterainya, mata akan lelah jika kelamaan melihat layar ponsel. Hingga alasan bahwa aku sedang mengirim pesan (tapi alasan ini ga bohong lho ya) lalu ponsel kembali jatuh ke tanganku. Tapi kejadian seperti diatas terulang lagi besoknya. Sambil berjalan ke dapur untuk mencari alasan yang lain agar ia tidak terlalu sering berinteraksi dengan gadget, tak sengaja teringat sisa pewarna makanan dan tepung gandum yang ada. Pagi itu anakku sukses melupakan gadget, karena terlalu asyik bermain lilin madu homemade kami. Sambil kuajak mengobrol tentang aturan yang harus ia ikuti jika ingin meminjam ponsel ku untuk menelepon sahabatnya lagi.
Ah, ternyata sederhana ya... cukup meluangkan waktu dengannya, lalu memanfaatkan apa yang ada di rumah bisa membuat gadis kecil empat tahunku setidaknya lupa dengan gadget yang sedikit demi sedikit mulai digandrunginya itu.
Bagaimana dengan Bunda? Semoga bisa meluangkan waktu bersama Ananda tercinta ya. Memberikan mereka aktivitas bermakna, sehingga terhindar dari kecanduan gadget.Aamiin.
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...