Jejak Karbon
Bismillah..
Tulisan tiga tahun lalu namun masih tetap relate dengan keadaan saat ini.
----------------------------------------------------------------
Jejak karbon. Apa (lagi) kah ini? Belajar zerowaste kenapa yang ditulis malah jejak karbon? Hmmm... adakah yang bertanya seperti itu? Tenang saya juga gitu... sampai maju mundur saat harus ngerjain games kedelapan ini.
.
Dalam bahasa sederhana jejak karbon ini merupakan istilah yang umumnya dipakai untuk menggambarkan jumlah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari suatu kegiatan, baik oleh lembaga maupun perorangan. .
Gas rumah kaca? Apa lagi tuh? Jika biasanya rumah kaca yang dibuat manusia bertujuan untuk pembudidayaan tanaman, lain halnya degan gas rumah kaca. Jadi ini tuh gas yang ada di atmosfer, bisa muncul secara alami, ada pula yang timbul karena aktivitas manusia (biasanya dari hasil pembakaran, respirasi makhluk hidup, pembusukan sisa organik serta fermentasi – whatt??? – sampai disini saya semakin ngeri dengan yang namanya sisa makanan dimasukin plastik, diiket, trus di buang ke TPA). Semakin banyak gas rumah kaca ini di atmosfer maka semakin panas pula rasanya bumi kita. Kenapa semakin panas? Karena gas-gas ini menahan panas matahari sehingga terperangkap di atmosfer, padahal seharusnya sebagian panas matahari tersebut dipantulkan kembali ke angkasa. .
Fiuhh... segitunya ya... dan inilah yang menyebabkan saya maju mundur nulis games ini. Takut salah sampai baca materi bolak-balik, cari referensi lain yang mendukung... baru berani nulis. .
Hmm.. selama ini saya mikirnya jejak karbon cuma dihasilkan oleh pabrik-pabrik... asap-asap kendaraan bermotor dan sejenisnya. Ternyata oh ternyata aktivitas sehari-hari dirumah pun tak mau kalah ikut meninggalkan jejak karbon. Ini saya ketahui setelah dapat tugas menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari rumah kami. Dan setelah menghitung... ternyata saya pun ikut menyebabkan bertambah panasnya suhu bumi saat ini? Hampir tidak pernah terpikirkan pola konsumsi air, listrik, peralatan elektronik sampai makanan dirumah pun meninggalkan jejak karbon. Pernah membayangkan berapa jejak karbon yang dihasilkan dari colokan-colokan peralatan elektronik yang dibiarkan tidak tercabut?
Atau dari pemakaian air yang tak di hemat karena merasa masih cukup air? Atau dari proses produksi dan transportasi makanan? Belum lagi jika ternyata makanan tersebut akhirnya tidak dihabiskan dan berakhir didalam plastik-plastik yang diikat dan (lagi-lagi) di buang ke TPA. Sampai disini saya merasa diingatkan kenapa didalam Alquran para pemboros dikatakan sebagai saudaranya syetan.
Jadi, haruskah kembali ke jaman dahulu kala? Tanpa listrik? Tanpa perlatan elektronik? Tanpa gadget? Whattt?? Ga gitu juga sih maksudnya...
Bagi saya pribadi, setelah mengetahui jejak karbon yang dihasilkan, setidaknya ini jadi semacam warning agar lebih hati-hati dalam pemakaian listrik, air, serta pola konsumsi lainnya. Bersyukur setelah dapat tugas menghitung jejak karbon, ada pilihan cara yang ditawarkan untuk menguranginya. Yang paling sederhana, pakai air secukupnya, hindari colokan listrik yang dibiarkan tidak dicabut (mari ingat kembali bahwa listrik kita masih menggunakan bahan bakar fosil yang hasil pembakarannya akan menghasilkan jejak karbon), habiskan makanan, bijak menggunakan alat elektronik yang ada di rumah, dan hal kecil lainnya. Sederhana namun berdampak besar bagi bumi yang akan kita wariskan pada anak cucu kita nantinya. Karena semua akan diminta pertanggung jawabannya...
0 komentar
Terimakasih sudah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar positifnya ya...