tag:blogger.com,1999:blog-5476165512210352802024-03-05T17:10:39.820+07:00Neng'S DailyJust An Ordinary Story of My Daily LifeNeng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.comBlogger296125tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-55968446031739396862024-02-28T04:46:00.001+07:002024-02-28T04:46:20.287+07:00DIY LILIN DARI MINYAK JELANTAH<div>Bismillah</div><div>Minyak jelantah memang termasuk limbah organik, tapi tidak boleh dibuang sembarangan. Satu liter minyak jelantah dapat mencemari seribu liter air. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk mengolah minyak jelantah agar tidak terbuang dan mencemari lingkungan. Setidaknya ada dua cara mengolah minyak jelantah. Cara pertama adalah dengan diolah menjadi sabun cuci. Dan aku sudah pernah tulis di sini. Cara kedua yaitu dengan mengolah menjadi lilin. Biasanya di kelas-kelas yang pernah aku ikuti, resep lilin jelantah membutuhkan stearin atau atau parafin, namun kali ini aku menggunakan lilim warung sebagai pengganti stearin dan parafin. Lilin warung lebih mudah diperoleh di kota kami. Berikut resep DIY Lilin dari minyak jelantah.</div><div><br></div><div>BAHAN & ALAT</div><div>1. Minyak jelantah yang sudah dimurnikan 20 gr</div><div>2. Lilin warung +/- 30 gr (potong kecil2 atau gerus)</div><div>3. Crayon bekas secukupnya (gerus)</div><div>4. Fragrance oil (optional)</div><div>5. Timbangan digital</div><div>6. Gelas / mangkok kecil</div><div>7. Benang / sumbu lilin</div><div>8. Tusuk sate / lidi</div><div>9. Mangkok stainless</div><div>10. Kompor</div><div><br></div><div>CARA MEMBUAT:</div><div>1. Ikat sumbu lilin secara melintang pada tusuk gigi atau lidi, masukkan ke dalam cetakan (gelas/mangkok) dengan posisi lidi di atas gelas untuk menahan sumbu lilin. Sisihkan.</div><div>2.Campurkan minyak jelantah dan lilin warung yang sudah digerus kedalam mangkok tahan panas.</div><div>3. Panaskan di atas kompor hingga lilin meleleh dan tercampur rata dengan minyak.</div><div>4. Matikan kompor, tunggu sampai minyak tidak terlalu panas, campurkan crayon bekas, aduk.</div><div>5. Masukkan fragrance oil, aduk.</div><div>6. Tuang ke dalam cetakan lilin yang sudah disiapkan. Tunggu hingga dingin.</div><div><br></div><div>Aku pernah menjadi pengisi acara p5 di salah satu sekolah dengan materi membuat lilin minyak jelantah ini. Anak-anak sangat antusias saat melihat lilin warna-warni hasil kreasi mereka mengolah minyak jelantah ini.</div><div><br></div><div>Dalam skala besar, mengolah menjadi lilin maupun sabun mungkin akan membutuhkan waktu dan tenaga yang juga besar. Untuk kasus seperti ini aku biasanya menyarankan agar minyak jelantah di jual saja ke pengumpul. Mereka selanjutnya akan menjual kembali ke lembaga-lembaga yang mengolah jelantah menjadi bahan bakar alami. Dengan demikian ada banyak cara agar minyak jelantah tak mencemari lingkungan.</div><div><br></div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-58574803240858015502024-02-26T22:22:00.001+07:002024-02-26T22:22:41.135+07:00MEMBUAT SABUN LERAK<div>Bismillah...</div><div>Sudah beberapa waktu terakhir aku menggunakan buah lerak sebagai pengganti sabun cuci. Ini karena aku mulai jarang membuat sabun cuci sendiri. Biasanya setiap membeli lerak aku selalu mendapat lerak basah yang masih segar, namun kali ini aku dapat lerak yang kering banget. Dengan buah yang sangat kering ini aku memutuskan untuk membuat sabun cair yang agak pekat.</div><div>Jika biasanya untuk 10 butir lerak bisa menggunakan 1 liter air. Kali ini aku mencoba pakai 500ml air.</div><div><br></div><div>Alhamdulillah buah lerak yg sudah kering ini tetap bisa dipakai... dan tetap berbusa.</div><div>Selain dengan merendam lerak hingga dua malam, bisa juga dengan menggunakan metode rebus. Biasanya aku menggunakan cara ini jika terlupa merendam lerak </div><div><br></div><div>Lerak atau yang biasa disebut soapberries atau soapnuts ini adalah buah yang bentuknya mirip seperti kacang walnut dan tumbuhnya di pohon yang tingginya mencapai 10 meter. Indonesia kaya sekali dengan tanaman ini karena tanah dan iklimnya.</div><div><br></div><div>Buah ini dikenal karena kegunaan bijinya yang dipakai sebagai bahan pencuci tradisional. Paling banyak digunakan untuk mencuci bahan batik demi menjaga kualitasnya. Hanya saja, lerak ini hanya dikenal sebatas sebagai pencuci alami batik yang alami padahal sebenarnya buah ini punya kegunaan yang jauh lebih banyak dari pencuci batik. Biasanya bahan pencuci batik ini sudah diramu dan cair yang dijual di kemasan botol. Sedangkan lerak yang akan kami bicarakan dibawah ini benar-benar langsung digunakan dari buahnya.</div><div><br></div><div>Biji lerak mengandung saponin dan saponin inilah yang menghasilkan busa dan berfungsi sebagai bahan pencuci. Dapat pula digunakan sebagai bahan pembersih lantai, ruangan, rambut, muka dan bahkan membersihkan binatang peliharaan.</div><div><br></div><div><b>Manfaat Lerak?</b></div><div><br></div><div>Lerak ini 100 persen alami dan biodegradable terutama karena serangga secara alami menjauhi saponin, jadi tidak perlu pestisida di dalam budidaya mereka. Mereka juga antimikroba, aman untuk pembersihan, hypoallergenic dan cukup lembut untuk digunakan pada kulit sensitif, serta pakaian bayi. Buah berry ini memiliki aroma seperti buah nanas, tetapi ketika mereka digunakan dalam mencuci, mereka tidak meninggalkan aroma sama sekali. Less packaging, energy, dan processing.</div><div>Jadi, bikin sabun cair dari lerak yuk...</div><div><br></div><div>Sumber:zerowaste.id</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-73058956662208644842024-02-25T21:25:00.001+07:002024-02-25T21:25:31.863+07:00REBATCH SOAPBAR<div><br></div><div>Bismillah...</div><div>Beberapa bulan lalu ceritanya lagi pengen banget bikin soapbar yang ada oat dan susu, lalu mulailah hitung-hitung takaran minyak aerta bahan lain dj soapcalc dan terakhir tentu saja tinggal eksekusi. Masih dengan bahan utama olive oil, coconut oil, castor oil dan shea butter, namun kali ini ada tambahan oat dan susu. </div><div><br></div><div>Aku ingat saat itu menuangkan essential oil lemongrass atau sereh sebagai pewangi.</div><div>Lalu entah kenapa kali ini adonan cepat sekali mengental. Butuh usaha dan tenaga ekstra unt sekadar menuang adonan ke dalam cetakan. Saat soap bar akhirnnya mengeras dan bisa dikeluarkan dari cetakan ternyata bentuknya tak secantik soapbar yang biasa kubuat.</div><div><br></div><div><br></div><div>Bentuk soapbar yang tak memuaskan akhirnya membuatku memutuskan untuk for the first time ever... mencoba rebatch soapbar yang sebenernya secara fungsi masih oke... cuma agak kurang sedap dipandang. </div><div>Dan ternyata motong2 soap bar bisa semenyenangkan itu.</div><div><br></div><div>Oya, ini bukan self claimed terhadap soapbar ini, tapi sekedar tahu sederet manfaat dari bahan-bahan yang digunakan kali ini.</div><div><br></div><div>Manfaat olive oil:</div><div>1. Melembabkan kulit</div><div>2. Antioksidan</div><div>3. Membantu mengurangi peradangan pada kulit</div><div>4. Membantu meningkatkan elastisitas kulit</div><div><br></div><div>Manfaat castor oil:</div><div>1. Melembabkan kulit</div><div>2. Mengurangi peradangan</div><div>3. Membantu mengurangi munculnya jerawat</div><div>4. Dll</div><div><br></div><div>Manfaat shea butter:</div><div>1. Pelembab alami</div><div>2. Mengurangi peradangan</div><div>3. Mencegah penuaan dini</div><div>4. Memperbaiki elastisitas kulit</div><div>5. Menenangkan kulit sensitif</div><div><br></div><div>Manfaat Susu: </div><div>1. Pelembab alami</div><div>2. Melembabkan kulit</div><div>3. Mencerahkan kulit</div><div>4. Menenangkan dan meredakan peradangan</div><div>5. Mengatasi jerawat dan komedo</div><div>5. Mengurangi iritasi</div><div>6. Menutrisi kulit</div><div><br></div><div>Manfaat Oat:</div><div>1. Membantu mengurangi iritasi kulit</div><div>2. Pelembab alami</div><div>3. Menghilangkan sel sel kulit mati</div><div>4. Menenangkan gatal dan memgurangi gatal</div><div>5. Menyerap kelebihan minyak</div><div>6. Antioksidan</div><div><br></div><div>Eo lemongrass selain sebagai pewangi alami juga berfungsi sebagai antiseptik dan memiliki efek relaksasi...</div><div><br></div><div>Namun.. tentu saja jika memiliki kondisi kulit khusus atau kekhawatiran tertentu, konsultasikan dengan ahli perawatan kulit sebelum menggunakan produk apapun.</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-44022825939004562492024-02-24T22:16:00.001+07:002024-02-24T22:16:46.202+07:00A Call to Action<div>Bismillah...</div><div><br></div><div>Dua atau tiga tahun yang lalu sempat diminta untuk mengisi kegiatan dengan tema lingkungan di salah satu pondok pesantren di kota kami, namun kondisi hamil besar tidak memungkinkan untuk hadir dan sharing ke sana. Setelah diskusi kecil, akhirnya diputuskan Pak Su saja yang mengambil alih acara tersebut, karena beliau pun sudah menerapkan zerowaste. Selesai kegiatan hingga beberapa hari berikutnya kami diliputi kebahagiaan karena apa yang disampaikan suami ternyata langsung diterapkan oleh warga pondok, Alhamdulillah.</div><div><br></div><div>Beberapa bulan lalu, aku tiba-tiba saja teringat pada kegiatan ini. Sempat ada obrolan bersama suami bahwa seharusnya ada acara lanjutan lagi untuk menjaga konsistensi warga pondok dalam menerapkan zerowaste. Aku kemudian mencoba membangun komunikasi dengan ustazah di sana, hingga beberapa waktu setelahnya disepakati kali ini giliranku bertandang membawa tema Mengasah Rasa, A Call to Action serta oleh-oleh dari @jerami_babel berupa compost bag dengan harapan sisa organik harian yang dihasilkan di dapur bisa dikomposkan saja.</div><div>Bersyukur sekali compost bag diterima dengan baik karena pondok dengan santri sekitar enam ratusan orang ini menghasilkan sisa organik yang tidak sedikit setiap harinya.</div><div>Kini dengan adanya compost bag, semoga juga istiqomah memanfaatkan sisa konsumsi dari dapur. Aamiin</div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgt6eXxK12ZebC-s1sItu5j4ZxmYasSgOGuofJLlfw088Ye68MWqDrbTMKpsGrztOSowTl1JNgUVEf9iXqLDcxY6PRrKcG5lHiHdkjW2A4GdF4u1NGXnEMjMKVkZS3WbQFxylLL7uucF7XtbtF7pRHJudpBxlMkXmNoT9yuvmcCPfV-jsawDjadRLXwNzlO" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgt6eXxK12ZebC-s1sItu5j4ZxmYasSgOGuofJLlfw088Ye68MWqDrbTMKpsGrztOSowTl1JNgUVEf9iXqLDcxY6PRrKcG5lHiHdkjW2A4GdF4u1NGXnEMjMKVkZS3WbQFxylLL7uucF7XtbtF7pRHJudpBxlMkXmNoT9yuvmcCPfV-jsawDjadRLXwNzlO" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Oya, Mau tahu apa saja yang sudah diterapkan oleh para santriwati di pondok ini? Yup, mereka sudah beberapa tahun terakhir selalu jajan dengan membawa wadah sendiri, mereka tak lagi menggunakan pembalut sekali pakai dan menggantinya dengan menspad, pun mereka sudah memilah kertas2, kardus, dll untuk di setorkan pada pengumpul. Masya Allah tabarakallah. </div><div><br></div><div>Satu catatan yang seringkali ku ingat kala berkunjung dan melakukan edukasi ke pondok pesantren adalah bahwa mereka begitu menghargai ilmu. Suasana acara begitu khidmat. Bukan berarti bahwa saat melakukan edukasi ke tempat yang lain aku tak menemukan suasana khidmat, sama sekali bukan. Hanya saja aku begitu menikmati ketenangan para santri saat acara berlangsung. Wallahu a'lam.</div><div><br></div><div>Terimakasih atas kesempatannya sudah mengizinkan Jerami babel untuk berbagi sedikit pengetahuan ini.</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-14797814179569722072024-02-23T23:26:00.001+07:002024-02-23T23:26:28.293+07:00Medali Pertama<div>Bismillah...</div><div>Biasanya A tidak pernah mau saat ditawari ikut turnamen. Sebagai orangtua hs, kami ingin anak-anak merasakan berbagai pengalaman belajar sebelum akhirnya menentukan akan serius pada minat yang mana. A pernah mencoba kelas desain canva dan hingga saat ini masih menunjukkan ketertarikannya pada aplikasi yang mudah digunakan tersebut. Terkadang ia membuat stiker whatsapp untuk mengasah kemampuan desainnya.</div><div>Pernah pula ia masuk ke kelas medibang paint untuk belajar menggambar secara digital, namun tampaknya ia tak terlalu berminat menekuni menggambar. </div><div>Beberapa tahun lalu saat pandemi ia bahkan mengikuti cooking class secara online dan belajar membuat bolu karakter. Ya, pada dasarnya A suka sekali bersibuk ria di dapur, akan tetapi ia terlihat lebih menyukai mengolah lauk ketimbang baking. </div><div>Satu lagi kelas yang masih diikuti A yaitu kelas menulis. Dari kelas yang satu ini alhamdulillah sudah ada tiga antologi serta satu buku cerita bergambar yang d tulis A bersama teman-temannya, tentu saja dengan bimbingan dari mentor.</div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiWtiAbkYyTxqX6nP5tndoTSG7sS0BP0876S2EIXvUdu6TGdK6uBkg-dydrysRHf8vxLc2siaubK0O_i5c69XhLSftJ7l0KVsUSlnplnhqzi0lhiHW18jFb-Jl_Jj_LKZWYbdQyXuVBUBfGry_N3qjX8d4jRdT0XMsgWsqozed6AasNUvXqdpfloEfMX8sL" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiWtiAbkYyTxqX6nP5tndoTSG7sS0BP0876S2EIXvUdu6TGdK6uBkg-dydrysRHf8vxLc2siaubK0O_i5c69XhLSftJ7l0KVsUSlnplnhqzi0lhiHW18jFb-Jl_Jj_LKZWYbdQyXuVBUBfGry_N3qjX8d4jRdT0XMsgWsqozed6AasNUvXqdpfloEfMX8sL" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Kembali pada tawaran mengikuti turnamen taekwondo, kali ini pun beberapa kali A berubah pikiran, hari ini mau ikut, esoknya mau membatalkan. Daftar di hari terakhir untuk turun bertanding di nomor poomsae pemula, (poomsae adalah rangkaian teknik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri, yang dilakukan melawan lawan yang imajiner, dengan mengikuti diagram tertentu. Sumber: Google).</div><div>Jujur saja aku tak menaruh ekspektasi apapun agar tak membebani A.</div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgdxk5RtBdJNCeLIVH8pH4NW1pFcrQaHVrOZYt0TLec-Y0zdtA0vmyMM_AEWEFwN3LvXNjG4fQMToyDrAftfDmBui1wWGUNyg2CWxej7Wz3etVfzX3g18rJ3XiIVCDugnOZ2O-57Xgp80Rlhzv3ASW2fA6ctBTXLD0RKZcxAZQyA8ZkuFywL8Gnyttjr5Bc" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgdxk5RtBdJNCeLIVH8pH4NW1pFcrQaHVrOZYt0TLec-Y0zdtA0vmyMM_AEWEFwN3LvXNjG4fQMToyDrAftfDmBui1wWGUNyg2CWxej7Wz3etVfzX3g18rJ3XiIVCDugnOZ2O-57Xgp80Rlhzv3ASW2fA6ctBTXLD0RKZcxAZQyA8ZkuFywL8Gnyttjr5Bc" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Alhamdulillah A berhasil membawa medali emas pertama dari turnamen pertamanya.</div><div>Hal yang ku syukuri kemudian adalah bahwa A memiliki club, para sabeum (pelatih) dan senior yang sudah percaya pada kemampuan A, melatih, menyemangati A agar percaya diri, serta mendukung sepenuhnya sejak persiapan pertandingan hingga selesai. A menjadi bersemangat saat salah satu pelatih mengatakan padanya bahwa gerakan A sudah cukup bagus untuk ikut turnamen. Semoga ilmu yang diberikan menjadi pahala yang tak terputus. Aamiin.</div><div>Oh ya, satu hal lagi yang menarik yaitu lawan A saat di final akhirnya menjadi teman baru A seusai mereka bertanding. Alhamdulillah</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-58546080328711050882024-02-22T23:34:00.002+07:002024-02-23T14:36:12.682+07:00Membuat dan Mendaftarkan Ecobrick<p><span>Bismillah...</span></p>
<p><span>Menjadi peserta Training Of Trainer ecobric tentu saja
mengharuskan aku untuk membuat ecobrick sebagai salah satu tugas yang akan
dinilai. Seperti yang pernah kutulis disini, aku pada dasarnya sudah pernah
beberapa kali membuat ecobrick dengan dibantu oleh Pak Su dan anak-anak. Aku juga
sudah memiliki akun gobrik untuk mendaftarkan ecobrick yang sudah dibuat. Sayangnya
aku sempat lupa password akun tersebut hingga akhirnya menyebabkan aku malas
untuk mendaftarkan ecobrick yang sudah dibuat. Hal ini berlanjut dengan rasa
malas untuk membuat ecobrick lagi.</span></p>
<p><span>Sebenarnya membuat ecobrick tidaklah sulit. Alat dan bahan
yang digunakan juga biasanya sangat mudah ditemukan di sekitar kita. Kita hanya
membutuhkan botol bekas, plastik serta tongkat untuk membantu memadatkan
plastik ke dalam botol. Plastik di masukkan kedalam botol hingga mencapai bobot
serta kepadatan tertentu. </span></p>
<p><span>Adapun langkah-langkah
membuat ecobrick adalah sebagai berikut:</span></p><p></p><ol><li><span>Siapkan peralatan serta
bahan yang dibutuhkan dalam keadaan bersih dan kering. Aku menggunakan botol
berukuran 600ml, tongkat bambu sepanjang 45 cm dengan bagian ujung yang
berukuran kecil</span></li><li><span>Gunting plastik yang sudah
dibersihkan hingga berukuran kecil, namun jangan terlalu kecill</span></li><li><span>Masukkan plastik yang sudah
digunting sedikit demi sedikit ke dalam botol, sambil sesekali dipadatkan.</span></li><li><span>Gunakan tongkat bambu untuk
memadatkan plastik.</span></li><li><span>Masukkan hingga botol penuh
dan padat, sisakan sedikit ruang pada leher botol. Tutup kembali botol.</span></li><li><span>Setelah botol penuh dan
padat, selanjutnya timbang untuk meliht bobot dan kepadatan ecobrick. Berat minimal
ecobrick adalah 1/3 dari volume botol.</span></li></ol><p></p>
<p><span>7.<span> </span>Ecobrick yang sudah
mencapai berat dan kepadatan minimal selanjutnya bisa didaftarkan pada web
gobrik.com</span></p>
<p><span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgZXXOYV--TzIzg5bo0Lmxty6ec_xxo1DOp6ppUFJGQrbTRkrLJb5JUpe_ffnMC5ALI0nK-yOKSkWbVZp64sLuWWSc5s17DOSpG_65BM2k8T4DB1ONgOtw9QsxcabH9ErN-5JhdQd2kUO5Z1Ep9HuLI00iX3EkgHNoZlWIi5mNoGa8k1rgfIB97p0W2nRNF" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgZXXOYV--TzIzg5bo0Lmxty6ec_xxo1DOp6ppUFJGQrbTRkrLJb5JUpe_ffnMC5ALI0nK-yOKSkWbVZp64sLuWWSc5s17DOSpG_65BM2k8T4DB1ONgOtw9QsxcabH9ErN-5JhdQd2kUO5Z1Ep9HuLI00iX3EkgHNoZlWIi5mNoGa8k1rgfIB97p0W2nRNF" width="400">
</a>
</div><br></span></p><p><span>Sebelum mendaftarkan ecobrick ke web gobrik.com kita perlu
membuat akun terlebih dahulu. Caranya:</span></p>
<p></p><ol><li><span>Buka web gobrik.com, pilih
menu sign up.</span></li><li><span>Isi data diri berupa nama,
email, serta pasword yang akan kita gunakan pada akun gobrik.</span></li></ol><p></p>
<p><span>Setelah memiliki akun, kita bisa mulai mendaftarkan ecobrick
yang sudah dibuat, setiap ecobrick yang sudah terdaftar akan mendapatkan nomor
seri serta akan divalidasi secara acak oleh tiga ecobricker (sebutan bagi para
pembuat ecobrick) dari seluruh dunia.</span></p><p>Dengan membuat ecobrick sesungguhnya kita sedang menjauhkan serta mencegah plastik dari mencemari lingkungan.</p><span>
</span>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-31171057309773656832024-02-21T15:41:00.003+07:002024-02-21T21:52:11.580+07:00(Masih) Tentang Mandala<p><span>Bismillah..</span></p>
<p><span>Mengikuti Training Of Trainer Online Ecobrick awalnya
kupikir hanya akan belajar tentang ecobrick, belajar tentang bagaimana
mengajarkan orang lain membuat ecobrick dan hal-hal lain seputar ecobrick. Saat
akhirnya “duduk” di kelas aku sempat bingung dengan adanya materi mandala. Mandala
yang kutahu selama ini sebagai salah satu motif henna sejuta umat ternyata
menjadi salah satu materi di sini. Tak cukup hanya mendapatkan materi tentang
mandala, kami bahkan diberikan pekerjaan rumah untuk membuat mandala
perorangan, mandala berpasangan, hingga mandala berkelompok. </span></p>
<p><span>Tugas mandala perorangan benar-benar memanggil memori saat
masih akitf sebagai henna artist. Menyenangkan, nostalgic, begitu mba Ani tutor
kami menyebutnya saat aku bercerita tentang kenangan yang hadir saat proses
membuat mandala perorangan. Mandala berpasangan yang tadinya kukira akan
semudah mandala perorangan ternyata justru sangat menantang. Bagaimana tidak,
aku yang memiliki kerangka sendiri soal mandala harus berdamai dengan A yang baru
dijelaskan sekilas tentang mandala. Aturan cara kerja kami dalam proses membuat
tugas mandala berpasangan tersebut, pun tak kalah membuat <i><b>greget</b></i> rasanya. Tak boleh
ada suara protes saat bergantian meletakkan elemen penyusun mandala, tak boleh
ada arahan harus meletakkan ini di sini atau itu di situ. Semua harus berjalan
alami tanpa instruksi khusus hingga masing-masing merasa cukup dan terbentuk hasil akhir mandala.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiSaKxsjSblUTstob2Dcx1engaNQJqmapERyyERmw1yMWQen6vRyPzLzc8SWXzpWF0Q6vna1OMCOEd-_5aqKy0cB6ozjfu_XJ54nkUWcsm7KIlQJZkYrY6xFCTSRA8rEfBNEF7kWOlM-WlweNnIXFgPO0Hyad-2wsyQVqylP0XbMPYp2v1-MRcaPRxYL8X5" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiSaKxsjSblUTstob2Dcx1engaNQJqmapERyyERmw1yMWQen6vRyPzLzc8SWXzpWF0Q6vna1OMCOEd-_5aqKy0cB6ozjfu_XJ54nkUWcsm7KIlQJZkYrY6xFCTSRA8rEfBNEF7kWOlM-WlweNnIXFgPO0Hyad-2wsyQVqylP0XbMPYp2v1-MRcaPRxYL8X5" width="400">
</a>
</div></span></p>
<p><span>Mandala berpasangan sudah cukup menantang, namun belum
selesai sampai di situ saja. Masih ada tugas membuat mandala secara
berkelompok. Bisa dibayangkan seberapa besar rasa “<b><i>geregetan</i></b>” diriku,
bukan? </span></p>
<p><span>Aku bersama Pak Su, A, dan E membuat mandala setelah
sebelumnya kujelaskan secara singkat soal tugas kali ini, persis seperti saat
membuat mandala berpasangan bersama A. Meja persegi panjang berwarna putih
kupilih untuk alas mandala. Aku memulai meletakkan kelopak bunga kertas dari
tengah, lalu yang lain bergiliran melakukan hal yang sama. Ekspektasiku adalah
mereka meletakkan kelopak dengan warna yang cantik versi diriku. Ada empat
warna kelopak bunga, saat aku memilih warna gading, aku berharap mereka memilih warna yang
lain, akan tetapi yang terjadi adalah warna yang dipilih benar-benar tak
terduga, acak. Pun bentuk yang muncul tak mirip mandala. Aku belajar menahan
diri sepanjang proses menyusun kelopak bunga hingga akhirnya semua sepakat
bahwa mandala yang kami inginkan sudah jadi.</span></p><p><span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhpUTjJp6cN56l6QhKN6SBoAji17NPsI-2mwSEDyU1Ra7mEazkpa5Pe4A6QGQ376-GShPbsht3L_ypc5NQQzN9dhQyUk9ITpUInFX3bRwcEDmkKij6Sln6bIlrJt65P-tPW0jj9ZhsTJqoL4VazO86zR1lkXM4k-EoJ2O5Wa_IPM2U5Rynf72EbUmJHN0w0" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhpUTjJp6cN56l6QhKN6SBoAji17NPsI-2mwSEDyU1Ra7mEazkpa5Pe4A6QGQ376-GShPbsht3L_ypc5NQQzN9dhQyUk9ITpUInFX3bRwcEDmkKij6Sln6bIlrJt65P-tPW0jj9ZhsTJqoL4VazO86zR1lkXM4k-EoJ2O5Wa_IPM2U5Rynf72EbUmJHN0w0" width="400">
</a>
</div><br></span></p>
<p><span>Apa yang kupelajari sepanjang proses membuat mandala, baik
berpasangan maupun berkelompok? Ya, menahan diri adalah jawabannya. </span>Tak selamanya apa yang kita usahakan akan menunjukkan hasil seperti yang kita harapkan.<span face=""Google Sans", arial, sans-serif"></span></p><h4><blockquote>"...boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al Baqoroh:216)</blockquote></h4><p></p><p><span>Pelajaran berikutnya
adalah terkadang kita perlu menurunkan ekspektasi terhadap orang-orang atau
hal-hal di sekitar kita. Selama hal tersebut tidak bersinggungan dengan hal
mendasar dalam syari’at, sangat mungkin untuk berdamai. Wallahu a’lam...</span></p><p></p><span>
</span>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-71741578439601688342024-02-20T17:49:00.001+07:002024-02-20T17:49:40.235+07:00Mandala Perorangan<div>Bismillah...</div><div>Dua atau tiga bulan yang lalu aku berkesempatan mengikuti TOT ecobrick yang diselenggarakan oleh GEA atau Global Ecobrick Alliance. Kala itu niat utama adalah dalam rangka meningkatkan kapasitas diri. Bagiku yang menurut beberapa teman merupakan tipe learner ini, belajar hal baru adalah hal yang sangat-sangat menyenangkan.</div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiFgzWEcbb7eOPM0fMSguuiZtOjCOft8vbKIJVtkLUjSVavfigozPQLJ9EakV4YSTiAflR18_e9JzhS6FYblxz8D5wk7lKW8FnRyXG8Zq0fvyEaNY6fE5vuHoryZHz1YbDGVNIoxT7x7EqP-hZmiQsELjM6JK6w2odf5jdXhOTcQw5QIcm9VSFLZ-yyoWCd" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiFgzWEcbb7eOPM0fMSguuiZtOjCOft8vbKIJVtkLUjSVavfigozPQLJ9EakV4YSTiAflR18_e9JzhS6FYblxz8D5wk7lKW8FnRyXG8Zq0fvyEaNY6fE5vuHoryZHz1YbDGVNIoxT7x7EqP-hZmiQsELjM6JK6w2odf5jdXhOTcQw5QIcm9VSFLZ-yyoWCd" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Membuat ecobrick sebenarnya sudah pernah kulakukan, aku bahkan pernah punya akun di web gobrik dot com. Pak Su dan anak-anak ikut membantu mencuci, menggunting, memasukkan, serta memadatkan plastik ke dalam botol. Sayangnya aku masih belum konsisten mengolah sisa konsumsi yang satu ini sehingga membuat ecobrick akhirnya hanya bertahan beberapa bulan saja.</div><div>Setelah itu, ecobrick yang sudah ada jadi tak terurus. Aku memilih fokus pada hal lain seperti mengolah minyak jelantah menjadi sabun cuci atau lilin, membuat sabun sendiri, belanja dengan membawa wadah sendiri, serta upaya sederhana lain untuk tetap ber zerowaste.</div><div><br></div><div>Kembali ke cerita TOT ecobrick di bulan november lalu, ada beberapa sesi belajar yang harus aku dan peserta lain ikuti. Setiap usai sesi belajar biasanya kami akan diberikan Pe-eR. Pekan pertama aku ingat diminta membuat ecobrick dan mandala perorangan. Tugas yang sangat menyenangkan sekaligus menarik, pikirku saat itu. Kenapa menyenangkan? Karena membuat mandala menghadirkan perasaan serta suasana saat aku masih aktif sebagai henna artist. Nyatanya aku menunda hingga menit-menit terakhir untuk bisa membuatnya. Kebiasaan ingin perfect saat melakukan sesuatu kadangkala justru membuatku terlambat mengeksekusi ide dan beberapa pekerjaan.</div><div><br></div><div>Apa yang membuat menarik dari tugas membuat mandala? Jika sebagai henna artist aku biasa membuat mandala sebagai salah satu jenis motif henna dan membuatnya menggunakan henna pasta, maka tugas mandala kali ini harus dibuat dari bahan-bahan alami yang ditemui di lingkungan sekitar. </div><div><br></div><div>Selain menarik, tugas ini juga cukup menantang karena di hari terakhir batas pengumpulan tugas ternyata kota kami diguyur hujan sejak pagi hingga cuaca jadi sangat sejuk. Berdiam di rumah menjadi pilihan yang sangat menyenangkan. Akan tetapi, at the end of the day mandala peroranganku jadi dengan bahan berupa bunga telang, bunga asoka serta bunga lengkuas yang ku petik dari halaman rumah. Alhamdulillah...</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-83224881165535398602023-02-23T22:03:00.004+07:002023-02-23T22:08:10.039+07:00Kisah Ihtikar<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Bismillah...</span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">Beberapa pagi yang lalu saat baru saja keluar dari kamar
kecil tiba-tiba saja E sudah berdiri mematung seperti sengaja menunggu. Aku yang
heran lantas bertanya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;"></span></p><blockquote><p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Kenapa E?” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Ma, coba tebak, apa arti ikhtiar?” mimik wajahnya
menunjukkan ia sudah tau jawaban pertanyaannya sendiri.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Ikhtiar? Maksudnya usaha?” tukasku sambil berlalu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Bukan, Ma...” E
tersenyum merasa menang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Terus...?” Aku yang kini justru penasaran dengan pertanyaan
unik pembuka hari itu. Ya, masih pagi dan aku sudah dapat pertanyaan yang
membuat dahi berkerut-kerut.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Ikhtiar tuh, misalnya orang jualan... trus dia nyimpen
barang banyak-banyak untuk dijual lagi nanti dengan harga yang mahal?” masih
dengan senyum kemenangan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“E baca dimana?” Aku menebak anak ini baru saja membaca
sesuatu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Nih, coba Mama lihat di buku ini” E menunjukkan buku
Ensiklopedi Cerdas Finansial Syariah Sejak Dini yang belakangan tak lepas dari
tangannya. Buku milik A yang sedang dipinjamnya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">Aku yang penasaran lalu ikut membaca tulisan yang ia
tunjukkan, sejurus kemudian aku akhirnya menemukan istilah ikhtiar yang baru
saja ditanyakan E.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Oooh... ini bukan ikthiar deh kayanya E, coba baca lagi”,
kataku sambil menunjuk.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Ih-ti-kar..., Hehe...” cengir E setelah membaca ulang.</span></p></blockquote><p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">Hari itu, pagi hingga sore aku diberondong bermacam istilah
finansial yang jujur saja beberapa baru kudengar dari E –setelah ia membaca
habis ensiklopedi- yang membuatku justru meminta agar ia yang menjelaskan. Mulai dari maysir, gharar,
riba, riba fadhl, riba jahiliyah, risywah, ghisysy (ini istilah yang baru
kudengar) dan sederet istilah lain. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;"></span></p><blockquote><p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Ghoror itu jual beli yang ga jelas, Ma...!” jelasnya penuh
semangat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Ada yang untung, tapi ada yang dirugikan juga..” lanjutnya
masih dengan semangat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Emang boleh jual beli kaya gitu?” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">“Ya ga bolehlah, Ma... kan itu mengandung penipuan” terangnya lagi.</span></p></blockquote><p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit;">Sesekali A menimpali percakapan kami untuk menambah penjelasan
E. Aku kemudian iseng menuliskan beberapa pertanyaan kuis E tentang
istilah-istilah finansial ini di story whatsapp. Beberapa teman mencoba
menjawab, namun ada pula yang akhirnya bertanya. MasyaAllah... semoga ini
menjadi jalan kebaikan untuk E, A, kami orangtuanya juga teman-teman yang
akhirnya ikut belajar hari itu.</span><o:p></o:p></p><span class="fullpost"></span>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-78975858974962130392023-02-22T21:45:00.001+07:002023-02-22T21:45:59.659+07:00Garlic Cheese Soft Bun<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6BdY0kj2mtlFZVslYHI1ZEhIsZjf7o3THrsNMzU2F4II7nheIYbuk50w6a7s2Lzr-1R1jcWtXsqge4W7KUQhtOSgScql30FugZ3I7EJVHmewygxB92fuWGLlf_LeNeOtrKtlYp3zwAWWg/s1600/1677077051642336-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6BdY0kj2mtlFZVslYHI1ZEhIsZjf7o3THrsNMzU2F4II7nheIYbuk50w6a7s2Lzr-1R1jcWtXsqge4W7KUQhtOSgScql30FugZ3I7EJVHmewygxB92fuWGLlf_LeNeOtrKtlYp3zwAWWg/s1600/1677077051642336-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Bismillah...</div><div>Kudapan anak-anak dalam sebulan ini didominasi oleh roti-rotian. Mulai dari pizza, cinnamon roll, roti manis, hingga garlic cheese. Sesekali aku membuat brownies akan tetapi terhitung sangat jarang. Pernah pula membuat otak-otak ikan tenggiri yang resepnya disesuaikan dengan baby I. Namun seperti yang aku bilang tadi, rotilah yang mendominasi. </div><div><br></div><div>Seperti hari ini misalnya, aku membuat garlic cheese soft bun berbekal resep dari channel youtube milik Luvita Ho. Ini recook kedua kalinya dan aku senang sekali dengan hasilnya. Harum aroma bawang putih tercium dari luar rumah, begitu kata pak Su. Saat recook pertama sebenarnya aku sedang ingin belajar membuat garlic cheese kekinian yang terlihat begitu menggoda, namun entah kenapa akhirnya malah recook garlic cheese soft bun ini. Bersyukur hasilnya melampaui ekspektasiku. A yang pada dasarnya suka makanan gurih jadi lebih semangat menyantap roti dengan isian keju quick melt ini. Oya, ini resepnya ya.</div><div><br></div><div>Garloc Cheese Soft Bun Luvita Ho</div><div><br></div><div>Dough:</div><div>- 220 gr tepung terigu protein tinggi</div><div>- 4 gr ragi</div><div>- 3 gr garam</div><div>- 30 gr gula pasir</div><div>- 1 sdm susu bubuk</div><div>- 1 butir telur</div><div>- 100-110 ml susu/air dingin (perhatikan tekstur adonan)</div><div>- 30 gr mentega</div><div><br></div><div>Garlic butter:</div><div>- 75 gr mentega</div><div>- 4 bawang putih</div><div>- 1/4 garam</div><div>- 1/2 sdt madu</div><div>- 1/2 sdm parsley</div><div><br></div><div>Cara Membuat</div><div>1. Siapkan wadah, masukkan terigu lalu ragi, aduk rata sekitar 40 detik hingga 1 menit agar tercampur rata dan menghindari ragi kontak langsung dengan garam.</div><div>2. Masukkan gula pasir, susu bubuk, garam dan telur. Aduk kembali dengan menggunakan mixer.</div><div>3. Sambil adonan di mixer, masukkan air dingin sedikit demi sedikit sampai tekstur jadi setengah kalis </div><div>4. Masukkan margarin, mixer kembali hingga kalis elastis.</div><div>5. Bulatkan adonan, diamkan 30 menit (aku kebablasan 60 menit 🤭) </div><div>6. Sambil menunggu adonan, buat garlic butternya. Campur semua bahan garlic butter, aduk rata. Sisihkan.</div><div>7. Setelah 30 menit, kempeskan adonan, bagi menjadi 16 potong.</div><div>8. Isi dengan keju, bentuk adonan, tata di loyang.</div><div>9. Diamkan kembali sekitar 15 menit.</div><div>10. Oleskan garlic butter</div><div>11. Panggang di oven yang sebelumnya sudah dipanaskan dengan suhu 170 °C selama 20 menit (sesuaikan dengan oven masing-masing ya)</div><div>12. Angkat. Siap dinikmati.</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-48913563062577107382023-02-17T17:42:00.001+07:002023-02-17T18:03:21.338+07:00(Jangan) Menggegas<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCerf6xl9-2jfB8itDkUiLRUvKO1tG2GsXDcEWUpodhKRWsHAIZtmTY87zT5-RPtqNRUyFFIO1rwu0YJCorUk3VnkpIR0cjcbvPwo-w5UcQhWwwjFwTqhyQ3tUmN10ZvddwwpQIFhlk63R/s1600/1676631795441118-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCerf6xl9-2jfB8itDkUiLRUvKO1tG2GsXDcEWUpodhKRWsHAIZtmTY87zT5-RPtqNRUyFFIO1rwu0YJCorUk3VnkpIR0cjcbvPwo-w5UcQhWwwjFwTqhyQ3tUmN10ZvddwwpQIFhlk63R/s1600/1676631795441118-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Bismillah...</div><div><br></div><div>Dulu saat A berusia 5 tahun dan belum bisa membaca, aku dan pak Su santai saja meskipun ada banyak teman seusianya yang sudah lancar membaca. Pengalaman menjadi guru sekolah dasar dan mengajar kelas 1 membuat kami melihat beberapa murid dengan keistimewaannya masing-masing. Sebagian lancar membaca di usia yang sangat dini, namun ia tak mengerti apa yang dibacanya. Sebagian terbata hingga harus dibacakan saat mengerjakan soal-soal di akhir semester. Tak sedikit pula yang memang di atas rata-rata dalam hal kemampuan membaca dan menalar apa yang dibacanya. Akan tetapi satu hal yang sama-sama kami yakini kala itu, mereka semua cerdas. </div><div><br></div><div>Menginjak usia 6 tahun, A mulai menunjukkan ketertarikan pada buku dalam arti ingin membaca sendiri. Aku mulai agak sedikit keras, hal yang di tahun setelahnya sangat-sangat kusesali karena A pernah berada pada fase kehilangan minat baca. Cara yang kelewat menggegas sepertinya menjadi penyebab hal ini terjadi. Saat itu aku sangat khawatir ia tertinggal jauh dari teman-temannya. Semua teori menguap entah kemana. A akhirnya lancar membaca, suka membaca, namun sempat kehilangan minat baca beberapa saat lamanya. Satu catatanku saat itu, jangan menggegas. Bersyukur kini ia kembali menikmati keguatan membaca.</div><div><br></div><div>Saat ini, bertahun setelah A, giliran E yang mulai belajar membaca. Jika dulu aku masih bisa merasa tenang soal usia A meskipun sempat digegas pada akhirnya. Namun dengan E benar-benar berbeda. Kenapa? Karena sudah ada A sebagai standar yang kubuat sendiri. Halus dan hampir tak terasa, perasaan bahwa E pun seharusnya bisa seperti A. Aku jadi sering menatap E dan berpikir.. dulu di usia sekian, A sudah bisa ini, sudah mahir itu, kenapa E belum bisa? Tidak terucap di hadapan E namun menjadi bahan diskusi serius antara aku dan pak Su. Berulang kali aku diingatkan agar tak memasang standar A untuk E. Berulang kali pula pak Su mengingatkan agar tak menggegas E. Mereka dua orang yang berbeda. Akan tetapi rupanya butuh kesadaran penuh untuk melakukan hal tersebut hingga akhirnya aku benar-benar bisa memperlakukan mereka sebagai dua orang dengan keunikan serta kemampuan yang berbeda.</div><div><br></div><div>Anehnya, saat ekspektasi mulai kuajak berdamai, E justru melesat menyusul semua yang kuanggap ketertinggalan dari A pada usianya dulu. Lagi-lagi soal membaca, jika A butuh waktu beberapa bulan untuk lancar, E hanya butuh waktu setengahnya ternyata. Ia bahkan lebih kutu buku lagi. Pagi sebelum mandi ia akan membaca, setelah mandi kembali membaca, sebelum makan membaca. MasyaAllah tabarakallah...</div><div><br></div><div>Kini, aku justru kerap tergagap mendapat pertanyaan-pertanyaan dadakan dari E setelah ia menyelesaikan satu bacaan. Tak jarang dihiasi tawa A karena ia sama seperti E, sudah mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut. Alhamdulillah...</div><div><br></div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-56099989072224434072023-02-16T05:29:00.003+07:002023-02-17T06:15:38.162+07:00Bikin Cinnamon Roll Sendiri<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLRJD0xbDcsuETzb0o-5mKd5KXA5LR67SgEdLY_SNKJgKGO9ryzigjsZQiImOjb_l50UJ5omw-o8cPukjYop_D2tN4P7FBfvw0eR-24zsi5QXd6FWhivzlnmAaNHmQmT_t6tU6jc0XyJxh/s1600/1676589331222790-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLRJD0xbDcsuETzb0o-5mKd5KXA5LR67SgEdLY_SNKJgKGO9ryzigjsZQiImOjb_l50UJ5omw-o8cPukjYop_D2tN4P7FBfvw0eR-24zsi5QXd6FWhivzlnmAaNHmQmT_t6tU6jc0XyJxh/s1600/1676589331222790-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Bismillah...</div><div>Dua pekan lalu saat kudapan di rumah didominasi oleh pizza, aku sempat berujar pada pak Su.</div><div><br></div><div></div><blockquote><div>"Pengen deh bikin cinnamon roll" Entah kenapa tiba-tiba saja ingat roti melingkar-lingkar dengan harum kayu manis serta sangat lembut tersebut.</div></blockquote><p> </p><blockquote><div>"Ya udah bikin, bahan-bahan ada kan?" Seperti biasa pak Su memastikan kelengkapan logistik.</div></blockquote><div></div><div>Saat itu tak ada stok brown sugar dan cream cheese di rumah. Esoknya pak Su membelikan brown sugar namun lupa pada cream cheese, membuat cinnamon rollpun tertunda. Kesibukan serta beberapa hal menjadikan lupa pada cinnamon roll.</div><div><br></div><div>Kemarin, dua pekan setelahnya aku baru ingat pada brown sugar yang bahkan belum dibuka kemasannya. </div><div>Niat membuat cinnamon roll ternyata sudah tertunda selama dua pekan, ffiuhh. Berbekal bahan yang ada di rumah, jadilah akhirnya aku membuat cinnamon roll juga.</div><div><br></div><div>Bahan:</div><div>- 360 gr tepung terigu protein tinggi</div><div>- 50 gr gula pasir</div><div>- 20 gr susu bubuk</div><div>- 1 sdt ragi instan</div><div>- 1 kuning telur</div><div>- 180 ml air putih dingin</div><div>- 45 gr margarin</div><div>- ½ sdt garam</div><div><br></div><div>Bahan Olesan:</div><div>- 30 gr margarin</div><div><br></div><div>Bahan Taburan:</div><div>- 50 gr brown sugar</div><div>- 2 sdm gula pasir</div><div>- 1 sdt bubuk kayu manis</div><div><br></div><div>Toping:</div><div>- Glaze coklat putih (aku skip)</div><div>- Glaze Coklat</div><div>- Slice almond yang telah dipanggang (aku skip 😄)</div><div><br></div><div>Cara membuat:</div><div>1. Siapkan wadah, masukkan terigu, gula padir, susu bubuk, dan ragi. Aduk rata menggunakan whisk.</div><div>2. Masukkan kuning telur, air dingin, lalu aduk kembali dengan mixer. Gunakan kocokan yang berbentuk spiral dengan speed maksimal.</div><div>3. Mixer adonan sekitar 2 menit atau hingga setengah kalis. Matikan mixer.</div><div>4. Masukkan margarin dan garam, mixer kembali hingga kalis elastis.</div><div>5. Matikan mixer, bulatkan adonan, simpan di dalam wadah dan tutup dengan menggunakan kain bersih.</div><div>6. Diamkan adonan selama 60 menit, Sisihkan.</div><div>7. Siapkan wadah, masukkan brown sugar, gula pasir, dan bubuk kayu manis. Aduk rata, sisihkan.</div><div>8. Taburi alas kerja dengan gandum agar adonan tidak lengket.</div><div>9. Setelah 60 menit, keluarkan adonan dari wadah dan kempeskan.</div><div>10. Gilas adonan membentuk persegi panjang.</div><div>11. Setelah rata dan berbentuk persegi, oleskan margarin lalu taburi isian brown sugar di atasnya.</div><div>12. Gulung adonan perlahan.</div><div>13. Potong adonan yang sudah digulung menjadi 2 bagian sama besar, lalu potong kembali hingga mendapat 16 potong adonan roti.</div><div>14. Tata di wadah ( aku pakai loyang brownies segiempat yang ada di rumah), lalu diamkan kembali adonan selama 60 menit.</div><div>15. Setelah didiamkan selama 60 menit dan adonan sudah mengembang, olesi dengan susu cair.</div><div>16. Panaskan oven pada suhu 180°c selama 10 menit. Masukkan adonan.</div><div>17. Panggang dengan suhu 180°c, api atas bawah selama 20 menit.</div><div>18. Cinnamon roll siap di santap.</div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjV1YOEHdakpulvGrViFox7135_i5G6v77OK_2E9XCo9_zI8_nTrb3iwm4rFxIzvUY3YCHRUyb7IZSKCy2MJStb32gzPmSSj2G_kw5WO1YJkxmsjJesypdQXXnVsgMPWn0JwfkOgo7QFQE/s1600/1676589326090913-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjV1YOEHdakpulvGrViFox7135_i5G6v77OK_2E9XCo9_zI8_nTrb3iwm4rFxIzvUY3YCHRUyb7IZSKCy2MJStb32gzPmSSj2G_kw5WO1YJkxmsjJesypdQXXnVsgMPWn0JwfkOgo7QFQE/s1600/1676589326090913-1.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Saat memanggang, seisi rumah jadi tercium harum kayu manis. Tekstur lembut serta rasa manis yang khas. Alhamdulillah cinnamon roll ini juga jadi bekal A mengaji. Misi tidak jajan di luar, checked ✅.</div><span class="fullpost">
</span>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-9829706798200832512022-03-02T21:48:00.001+07:002022-03-02T21:48:25.765+07:00Kisah Mencuci Loofah<p dir="ltr" id="docs-internal-guid-86161c69-7fff-9ea5-dd5b-d7f58bdb59c7">Bismillah…</p><p dir="ltr">Suatu ketika aku sedang duduk memangku baby I. A yang baru saja selesai mandi menghampiriku sambil berjingkat pelan. Ia ingin menyampaikan sesuatu biasanya jika bersikap seperti ini. Aku tak segera bertanya karena sengaja menunggu A memulai bicara.</p><p dir="ltr">"Ma, jangan marah ya!" Setengah berbisik ia meminta.</p><p dir="ltr">"Marah kenapa?" Tanyaku sambil mengelus tangan baby I.</p><p dir="ltr">"Tadi A mau bersihin loofah, jadi A masukin ke dalam mesin cuci", imbuhnya lagi.</p><p dir="ltr">"Terus?" Aku masih belum menangkap arah pembicaraannya.</p><p dir="ltr">"Loofahnya sudah bersih…" Ia menjeda sejenak.</p><p dir="ltr">"Tapi air di mesin cuci jadi kotor banget, terus jadinya A buang deh airnya. Maaf ya ma…"</p><p dir="ltr">"Ooh.. iya ga apa-apa!" Ujarku santai</p><p dir="ltr">"Tapi airnya tolong diganti sama yang baru ya, mama mau nyuci baju dede I"</p><p dir="ltr">"Udah ma, sekarang airnya udah diganti sama yang bersih.</p><p dir="ltr">Adegan berikutnya A beranjak meninggalkanku dan baby I sambil tersenyum. Tak ada drama marah-marah dan aku bersyukur tak terlalu reaktif pada pengakuan A yang baru saja mencuci sebuah loofah memakai mesin cuci yang terisi penuh dengan air. Sudah menjadi kesepakatan bersama di rumah kami, bahwa tak ada ruang marah untuk mereka yang berlaku jujur. Ini sebagai sarana dan usaha melatih kejujuran agar melekat dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya aku terkejut saat ia mengaku membuang air bekas mencuci loofah tersebut. Aku menebak air yang dibuangnya tak sekotor yang ia gambarkan karena loofah yang dicuci hanya satu buah saja. Aku lalu mencoba trik tarik napas agar tak marah perkara air yang sudah terlanjur dibuang tadi, dan berhasil.</p><p dir="ltr">Malam harinya saat mengantar E tertidur, lagi-lagi aku harus mendengar pengakuan jujur. Kali ini tentang dedel - alat pembongkar benang jahitan - milikku yang tak sengaja dipatahkan oleh E. Ia mencoba menjadikan dedel sebagai alat bantu untuk mengeluarkan sesuatu dari lubang yang kecil dan hasilnya benda yang ingin dikeluarkan tetap ditempat namun dedel jadi patah.</p><p dir="ltr">"Maafin E ya, ma!" Permintaan maaf kedua yang kudengar hari ini.</p><p dir="ltr">"Iya ga apa-apa, lain kali boleh minta bantuan kalo E kesulitan. Atau tanya ayah dan mama peralatan yang mana yang bisa dan boleh dipakai"</p><p dir="ltr">"Iya, ma!" Aku melihat ekspresi lega di wajah polosnya.</p><p dir="ltr">A dan E merasa melakukan kesalahan yang menurut mereka akan membuatku marah. Poin pentingnya adalah mereka berusaha serta belajar mengakui kesalahan tersebut dan meminta maaf. Sedangkan aku juga sama seperti mereka. Aku juga belajar. Belajar tenang dan memaafkan serta tak buru-buru menghakimi hingga merasa perlu menasehati mereka panjang lebar. Alhamdulillah.</p><br><br>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-37999896534292447342022-03-01T09:31:00.001+07:002022-03-01T09:31:15.556+07:00Jejak Karbon<div>Bismillah..<br></div><div><p dir="ltr" id="docs-internal-guid-7f3d877d-7fff-02e3-7e52-6e2b4da86bf3">Tulisan tiga tahun lalu namun masih tetap relate dengan keadaan saat ini.</p><p dir="ltr" id="docs-internal-guid-7f3d877d-7fff-02e3-7e52-6e2b4da86bf3">----------------------------------------------------------------</p></div><div>Jejak karbon. Apa (lagi) kah ini? Belajar zerowaste kenapa yang ditulis malah jejak karbon? Hmmm... adakah yang bertanya seperti itu? Tenang saya juga gitu... sampai maju mundur saat harus ngerjain games kedelapan ini.</div><div>.</div><div><br></div><div>Dalam bahasa sederhana jejak karbon ini merupakan istilah yang umumnya dipakai untuk menggambarkan jumlah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari suatu kegiatan, baik oleh lembaga maupun perorangan. .</div><div>Gas rumah kaca? Apa lagi tuh? Jika biasanya rumah kaca yang dibuat manusia bertujuan untuk pembudidayaan tanaman, lain halnya degan gas rumah kaca. Jadi ini tuh gas yang ada di atmosfer, bisa muncul secara alami, ada pula yang timbul karena aktivitas manusia (biasanya dari hasil pembakaran, respirasi makhluk hidup, pembusukan sisa organik serta fermentasi – whatt??? – sampai disini saya semakin ngeri dengan yang namanya sisa makanan dimasukin plastik, diiket, trus di buang ke TPA). Semakin banyak gas rumah kaca ini di atmosfer maka semakin panas pula rasanya bumi kita. Kenapa semakin panas? Karena gas-gas ini menahan panas matahari sehingga terperangkap di atmosfer, padahal seharusnya sebagian panas matahari tersebut dipantulkan kembali ke angkasa. .</div><div>Fiuhh... segitunya ya... dan inilah yang menyebabkan saya maju mundur nulis games ini. Takut salah sampai baca materi bolak-balik, cari referensi lain yang mendukung... baru berani nulis. .</div><div><br></div><div>Hmm.. selama ini saya mikirnya jejak karbon cuma dihasilkan oleh pabrik-pabrik... asap-asap kendaraan bermotor dan sejenisnya. Ternyata oh ternyata aktivitas sehari-hari dirumah pun tak mau kalah ikut meninggalkan jejak karbon. Ini saya ketahui setelah dapat tugas menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari rumah kami. Dan setelah menghitung... ternyata saya pun ikut menyebabkan bertambah panasnya suhu bumi saat ini? Hampir tidak pernah terpikirkan pola konsumsi air, listrik, peralatan elektronik sampai makanan dirumah pun meninggalkan jejak karbon. Pernah membayangkan berapa jejak karbon yang dihasilkan dari colokan-colokan peralatan elektronik yang dibiarkan tidak tercabut?</div><div>Atau dari pemakaian air yang tak di hemat karena merasa masih cukup air? Atau dari proses produksi dan transportasi makanan? Belum lagi jika ternyata makanan tersebut akhirnya tidak dihabiskan dan berakhir didalam plastik-plastik yang diikat dan (lagi-lagi) di buang ke TPA. Sampai disini saya merasa diingatkan kenapa didalam Alquran para pemboros dikatakan sebagai saudaranya syetan. </div><div><br></div><div>Jadi, haruskah kembali ke jaman dahulu kala? Tanpa listrik? Tanpa perlatan elektronik? Tanpa gadget? Whattt?? Ga gitu juga sih maksudnya...</div><div><br></div><div>Bagi saya pribadi, setelah mengetahui jejak karbon yang dihasilkan, setidaknya ini jadi semacam warning agar lebih hati-hati dalam pemakaian listrik, air, serta pola konsumsi lainnya. Bersyukur setelah dapat tugas menghitung jejak karbon, ada pilihan cara yang ditawarkan untuk menguranginya. Yang paling sederhana, pakai air secukupnya, hindari colokan listrik yang dibiarkan tidak dicabut (mari ingat kembali bahwa listrik kita masih menggunakan bahan bakar fosil yang hasil pembakarannya akan menghasilkan jejak karbon), habiskan makanan, bijak menggunakan alat elektronik yang ada di rumah, dan hal kecil lainnya. Sederhana namun berdampak besar bagi bumi yang akan kita wariskan pada anak cucu kita nantinya. Karena semua akan diminta pertanggung jawabannya...</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-55189610701503793902022-03-01T04:57:00.001+07:002023-02-17T06:18:31.153+07:00Review: Dengan Pujian<p dir="ltr" id="docs-internal-guid-f5f57c89-7fff-a480-db2c-ab32d0fe93ec">Nama Penulis: Nesia Andriana Arif</p><p dir="ltr">Tahun Terbit: 2010</p><p dir="ltr">Penerbit: PT Elex Media Komputindo</p><p dir="ltr">Jumlah halaman: 310 halaman</p><p dir="ltr">Nomor ISBN: 978-979-27-6411-6</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9IYGYw0dXztf5mlvGHUCOQiyNAOLVxSqqcaTUGPMF8F4EqG98QFdt0-VZB05YcwltePxrpiUoYgw-8tYX4A0RwQ_4c5jD_yPPUr_sSGJZiQw6-hwNCK6hdWp6rJBS4byOFVvRA3ZYHI-Y/s1600/1646172882881317-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9IYGYw0dXztf5mlvGHUCOQiyNAOLVxSqqcaTUGPMF8F4EqG98QFdt0-VZB05YcwltePxrpiUoYgw-8tYX4A0RwQ_4c5jD_yPPUr_sSGJZiQw6-hwNCK6hdWp6rJBS4byOFVvRA3ZYHI-Y/s1600/1646172882881317-0.png" width="400">
</a>
</div><br><p dir="ltr">Buku ini pertama aku beli tahun 2010, tepat di tahun terbitnya. Aku lupa bagaimana awalnya, namun aku tertarik dengan judul buku ini karena kalimat "Dengan Pujian, bukan kemarahan" justru pertama kali kudengar saat baru saja lulus kuliah dan sempat menjadi pengajar calistung untuk anak-anak SD yang mengalami kesulitan membaca. Saat itu bibiku yang merupakan pemilik tempat les berkali-kali menekankan padaku agar sering memuji pencapaian anak-anak, sekecil apapun. </p><p dir="ltr">"Percayalah, begitu dipuji mereka akan melesat dengan apa yang mereka pelajari", ucap bibi dengan penuh keyakinan. Beliau bahkan menulis skripsi yang berhubungan dengan pujian untuk anak.</p><p dir="ltr">Salah satu anak yang belajar bersamaku sudah mendapat catatan dari guru di sekolahnya jika masih belum lancar membaca maka tidak bisa ikut naik kelas. Aku kemudian mencoba mengikuti arahan dari bibi. Menghargai sekecil apapun usaha anak ini untuk membaca. Kejadian lucu yang paling membekas hingga kini yaitu saat harus membaca cerita dengan gambar orang yang sedang berenang, dengan santainya si anak ini membaca </p><p dir="ltr">"Be re nang"</p><p dir="ltr">"Jadi bacanya..?" Aku memintanya untuk mengulang.</p><p dir="ltr">"Ngojai" ternyata ia melihat gambar, lalu membacanya dalam bahasa sunda. Aku yang akhirnya tertawa mencoba tetap menghargai usahanya. Hingga dua bulan kemudian ibunya datang menemuiku hanya untuk mengucapkan terima kasih karena menurutnya aku berhasil. Padahal saat itu aku hanya mengikuti metode sederhana yang ditekankan oleh bibi.</p><p dir="ltr">Lalu apa hubungannya dengan judul buku ini selain soal pujian tadi. Fakta menariknya adalah bibi seorang lulusan pendidikan dan sastra jepang. Aku lalu menarik benang merah kesamaan pola yang ditekankan bibi dengan apa yang tertulis di buku.</p><p dir="ltr">Membaca buku ini menggelitik semangat belajar bagiku sebagai seorang ibu karena ternyata penulis merangkum semua catatan pembelajaran saat mendidik anak-anaknya selama di Jepang. Beliau bahkan menekankan, menjadi orang tua berarti harus siap menjadi murid. Fakta lain bahwa beliau terinspirasi dari Totto Chan menjadi nilai tambah tersendiri, karena dulu sebelum membaca buku ini aku pun telah menyelesaikan buku Totto Chan.</p><p dir="ltr">Jadi, seperti apa pendidikan anak ala Jepang yang ditulis oleh Nesia ini. Tak perlu membayangkan hal-hal menyeramkan layaknya kisah Nobita dalam film Doraemon yang seringkali dimarahi pak guru karena nilai nol atau lupa mengerjakan pe-er. Dari daftar isi saja bisa ditebak bahwa beliau menangkap begitu banyak hal sederhana yang dilakukan para okaasan -ibu- di jepang untuk kemudian dibagikan melalui buku ini. </p><p dir="ltr">Dalam salah satu sub judul misalnya, penulis bercerita tentang bagaimana orang Jepang memberi teladan soal bertanggung jawab dengan cara yang tampak sederhana seperti memohon maaf saat terjadi pemadaman listrik karena sedang terjadi badai. Sesuatu yang tentu saja ada di luar kendali manusia, namun mereka tak segan minta maaf. Menarik.</p><br><br>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-14044358207052780972022-02-27T23:28:00.001+07:002022-02-28T05:39:40.073+07:00Mutiara Dua Benua; Tentang Semangat Yang Harus Dimiliki<div><br></div><div>Bismillah...</div><div>Novel motivasi tentang pendidikan? Tentu sudah banyak. Dulu semasa kuliah aku membaca Ayat-ayat Cinta milik Kang Abik yang menggambarkan Fahri sebagai mahasiswa cerdas, mendekati sempurna. Novel ini menjadi best seller hingga kemudian difilmkan. Sayang sekali versi filmnya tak semenarik versi novel, menurutku lho ya. Mungkin karena aku sudah kadung suka novelnya sehingga melambungkan ekspektasi terlalu tinggi pada filmnya. Lepas dari novel ayat-ayat cinta muncul Ketika Cinta Bertasbih dengan tokoh Azzam dan Ana Althofunnisa yang sempat membuatku sedikit baper karena masih berstatus mahasiswi jomblo saat membacanya. Emang, saat membaca Ayat-ayat Cinta ga baper? Terus terang tidak, mungkin karena tokoh utamanya dikelilingi terlalu banyak wanita dan aku tak suka, haha..</div><div><br></div><div>Selain Kang Abik, ada A.Fuadi dengan Negeri Lima Menara-nya, dilanjutkan dengan Ranah Tiga Warna, hingga Rantau Satu Muara. Novel milik A.Fuadi ini memiliki judul yang unik dan membuatnya jadi gampang diingat. Aku membaca semua trilogi novel ini dan benar-benar termotivasi, meski tak mungkin lagi mengejar beasiswa ke luar negeri layaknya Alif. Setidaknya aku jadi berkeinginan untuk tak pernah berhenti belajar.</div><div><br></div><div>Ah ya, jangan lupa ada Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov milik Andrea Hirata. Aku cuma membaca sampai pada Edensor, namun tak selesai. Entah kenapa aku seperti terlalu sibuk untuk menyelesaikan dua novel terakhir dari tetralogi ini.</div><div><br></div><div>Sebenarnya masih ada dua novel lagi yang bertutur tentang semangat belajar. Sayang aku benar-benar lupa judulnya. Satu novel berlatar Madagaskar dan Indonesia. Novel ini menang kompetisi menulis novel. Lagi-lagi aku lupa penyelenggaranya. Sedangkan satu lagi novel berlatar daerah Sumatera. Kedua novel ini kupinjam dari perpustakaan di kota kami sebelum pandemi.</div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKFfN1yLu-wmspC3_lJ0Zz1ZyJ7MEVX-pf71MGl0EtYfGGDnvi6eP1FAO79rDdbIjBtC1cR-_v8ykep07798fdPKyKf6DidAbQGRirkQDgs5jyNt__xg3VERdV_NvUrlDu4exveu6bie23/s1600/1646001572463767-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKFfN1yLu-wmspC3_lJ0Zz1ZyJ7MEVX-pf71MGl0EtYfGGDnvi6eP1FAO79rDdbIjBtC1cR-_v8ykep07798fdPKyKf6DidAbQGRirkQDgs5jyNt__xg3VERdV_NvUrlDu4exveu6bie23/s1600/1646001572463767-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Beberapa pekan lalu saat baru saja tiba di rumah, pak Su mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan ternyata itu adalah novel yang ditulis salah satu muridnya, lengkap dengan gantungan kunci dari kampus sang murid. Novel ini, sama seperti beberapa novel yang kusebutkan di atas, berkisah tentang semangat belajar. Mutiara Dua Benua, begitu judulnya. Apri si tokoh utama digambarkan sebagai murid yang selalu berusaha menjadi yang terbaik. Aku selalu suka novel dan tokoh utama yang positif. Rasanya menarik menyaksikan penulis membangun semangat para pembaca melalui kata-kata yang mereka goreskan dalam setiap lembarnya. </div><div><br></div><div>Dari sekian novel yang kubaca di atas, novel Mutiara Dua Benua ini menjadi istimewa karena mengambil latar pulau tempatku tinggal. Membaca bab pertamanya seperti melihat potongan-potongan puzzle pemandangan yang tak asing untukku. Senang sekali ada yang menuangkannya ke dalam sebuah novel.</div><div><br></div><div>Apa lagi yang menarik dari novel ini, hmm.. penulis sendiri masih berstatus sebagai mahasiswa, dan ini merupakan novel kedua. Membagi waktu antara kuliah dan menulis tentu menjadi sesuatu yang sangat menantang, dan ia berhasil melakukannya, masya Allah.</div><div> </div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-63831838943063588942022-02-25T23:31:00.001+07:002022-02-28T06:02:21.087+07:00Tentang Warna<div>Bismillah...</div><div><br></div><div>Awal bulan februari aku tak sengaja melihat sebuah postingan di explore instagram tentang seorang halima aden yang dinobatkan sebagai salah satu wanita tercantik versi tc candler. Wanita dengan latar belakang sebagai pengungsi dari Somalia , tinggal di kamp pengungsian di Kenya, mengadu nasib ke Amerika, lalu melejit dan bersinar setelah mengikuti ajang kecantikan di kota Minnesota, tempat ia dan ibunya menetap. Bukan saja sebagai peserta, ia bahkan menjadi semi finalis. </div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1NHmpzRqPdw3sdOx1WF05ZU1vN1S9sFeYlVLjjYpNi1KOelR1_wJbrUHLUssG7II2BbwPezMr4hah9eQtu9_jnM1jP5gfcc513HSXzCQTbo5ggfg66CtHd5FtLGkDn2eTS9zLKimFvsgT/s1600/1645833092517176-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1NHmpzRqPdw3sdOx1WF05ZU1vN1S9sFeYlVLjjYpNi1KOelR1_wJbrUHLUssG7II2BbwPezMr4hah9eQtu9_jnM1jP5gfcc513HSXzCQTbo5ggfg66CtHd5FtLGkDn2eTS9zLKimFvsgT/s1600/1645833092517176-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Berhasil menarik perhatian karena memilih burkini disaat peserta lain memakai swimsuit, serta sederet hal lainnya membuat gadis hitam manis yang dari cara berbicaranya aku menebak adalah seorang yang cerdas ini semakin mendapat perhatian. Ia juga ternyata menjadi hijaber pertama yang melenggang di Milan Fashion Week dan merupakan supermodel berhijab yang berkali-kali membuat publik mengarahkan mata padanya, mulai dari dikontrak agensi sekelas IMG, menjadi cover majalah Vogue, hingga terpilih sebagai Brand Ambasador UNICEF USA. Sebagai seorang yang pernah sangat memperhatikan dunia fashion aku menganggap pencapaian gadis hitam manis ini termasuk luar biasa. Lebih luar biasa lagi kala ia memutuskan berhenti dari industri yang mengangkat namanya ini dengan alasan agamanya.</div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirCWBuEblE2R5Pt7Aojyj9xnq6xY2twJdUNAHnqz9RfKm4QUdSIE5a1J6cTE6rl5mRsWxEo1okKnbV5JldKWIWmIRGPd6-4SeBiXX8uuo0ENs-5rUgkYPp7HNA9Qb7t1Qmgli6uSG0wau8/s1600/1645833076999157-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirCWBuEblE2R5Pt7Aojyj9xnq6xY2twJdUNAHnqz9RfKm4QUdSIE5a1J6cTE6rl5mRsWxEo1okKnbV5JldKWIWmIRGPd6-4SeBiXX8uuo0ENs-5rUgkYPp7HNA9Qb7t1Qmgli6uSG0wau8/s1600/1645833076999157-1.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Aku kemudian mencoba melihat-lihat seperti apa kategori wanita tercantik dari tc candler ini. Saat mampir ke akun instagramnya aku cukup takjub mengetahui bahwa the 100 most beautiful versi mereka sangat berwarna. Tak hanya berwarna, bentuk mata, dan wajah yang terpampang di sana pun cukup beragam. Lalisa Manoban - penggemar Kpop pasti mengenalnya - berada di urutan pertama, lalu sederet nama lain yang beberapa di antaranya ada yang sering kudengar. </div><div><br></div><div>Hal yang membuatku tertarik adalah betapa beragamnya ciptaan Allah yang bernama wanita ini. Tak peduli ia berkulit hitam, putih, sawo matang, kuning langsat, bermata biru, coklat, hijau, rambut lurus, keriting, mengembang, mereka semua cantik. </div><div><br></div><div>Aku tak sedang berusaha menjadi pengamat kecantikan, namun membaca profil Halima Aden cukup menambah referensi untuk bahan bercerita dengan A. Sebab aku teringat A yang sempat merasa minder karena merasa tak seputih orang lain. Padahal warna kulitnya adalah suatu hal yang wajar menurutku, bukankah ia lahir dan tumbuh di negara yang terkenal dengan identitas warna kulit sawo matang? Perasaan A ini tak muncul seketika, berkali-kali ia mendapat komentar tentang warna kulit menjadi penyebabnya.</div><div><br></div><div> Ah, jika ngin mencari tokoh inspirasi kenapa tak memilih kisah para shahabiyah saja? Tentu aku menceritakannya pada A, namun kisah Halima Aden ini terjadi pada masa ini, dan A bisa melihatnya. </div><div>Aku dan pak Su sering membacakan kisah Bilal bin Rabah sang budak hitam muadzin Rasulullah. Aku juga jadi sering mengajaknya melihat betapa warna kulit yang cantik itu tak cuma putih, semua warna sama cantiknya, lebih cantik lagi jika dihiasi dengan akhlak yang mulia. Namun hidup tak hanya tentang warna kulit. Ada banyak hal berharga lain yang selalu patut disyukuri. Wallahu a'lam</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-90958773586629014102022-02-24T23:25:00.001+07:002022-02-24T23:25:22.726+07:00Teh Telang<div>Bismillah...</div><div><br></div><div>Tiga tahun terakhir sejak aku mulai belajar menerapkan minim sampah di rumah kami... aku, pak Su, serta anak-anak juga mulai belajar menanam beberapa kebutuhan kami walaupun seringkali belum berhasil.</div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyWB_XjnlB03vbZsOAY8x0QhqI-zX5Q3vqQP5yS8zzgS8secOo74qnSGsj9CJmwNsB56AzpJ6VTIqRUMmpF7too-pm8jZUirexBDv93VYyd8pLu6s-KeC8NElGKC6SGknfKeBevWJ4oo45/s1600/1645719508816047-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyWB_XjnlB03vbZsOAY8x0QhqI-zX5Q3vqQP5yS8zzgS8secOo74qnSGsj9CJmwNsB56AzpJ6VTIqRUMmpF7too-pm8jZUirexBDv93VYyd8pLu6s-KeC8NElGKC6SGknfKeBevWJ4oo45/s1600/1645719508816047-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Salah satu yang coba kami tanam yaitu si bunga telang, tanaman edible yang warnanya bisa berubah ketika diseduh sebagai teh atau minuman. Bisa biru tua atau bisa pula ungu. </div><div><br></div><div>Awalnya ragu-ragu untuk menanam karena beberapa kali belum berhasil untuk sekadar regrow sayur ataupun menanam yang lainnya, tapi karena tanaman ini termasuk gampang tumbuh, jadi kemungkinan untuk gagal juga kecil.. maka aku beranikan diri minta bibit ke salah seorang teman. Percobaan menanam telangpun dimulai. Satu hari, dua hari sampai akhirnya muncul tunas aku bahagia sekali karena akhirnya tumbuh juga.</div><div>Bunga telang sendiri mulai viral beberapa tahun belakangan. Aku bahkan menemukan komunitas pecinta bunga telang yang memanfaatkan tanaman ini tak hanya untuk minum melainkan juga digunakan sebagai bahan campuran atau pewarna makanan seperti nasi uduk, kue, puding, dll. </div><div><br></div><div>Tanaman ini makin populer karena dipercaya memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. </div><div>Mengutip dari web blog.sayurbox.com Bunga telang memiliki senyawa bioaktif yang membuatnya bisa dijadikan sebagai obat herbal alami untuk menangkal beberapa penyakit, misalnya saja kanker payudara, kanker ovarium, serviks, dan juga hati. Penelitian juga mengatakan bahwa bunga telang memiliki senyawa antioksidan, antiinflamasi, serta antimikroba.</div><div><br></div><div>Kembali pada tanaman telang dirumah kami yang akhirnya berbunga maka aku dengan semangatnya membuat teh telang yang ternyata cukup mudah. Ini dia resepnya.</div><div><br></div><div>Teh Bunga Telang dan Lemon</div><div><br></div><div>Bahan-bahan:</div><div><br></div><div>- 10 kuntum bunga telang (aku pakai bunga segar, namun jika ada, bisa juga menggunakan bunga telang yang sudah dikeringkan, lalu cuci bersih)</div><div>- Segelas air panas</div><div>- Gula (secukupnya)</div><div>- 1sdm /secukupnya Air perasan lemon</div><div><br></div><div>Cara membuat:</div><div><br></div><div>- Siapkan gelas. Lalu, masukkan bunga telang dan seduh dengan air panas.</div><div>- Biarkan hingga berubah warna. Pada tahap ini air akan berubah menjadi biru tua.</div><div>-Tambahkan gula sesuai selera.</div><div>Beri perasan dan irisan lemon. Pada tahap perubahan warna akan kembali terjadi, teh bunga telang akan berubah menjadi warna ungu.</div><div>- Teh bunga telang dan lemon siap dinikmati.</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-1348075882171795832022-02-23T23:10:00.001+07:002022-02-23T23:10:32.021+07:00Hari-Hari Menakjubkan <div> Tak terasa ternyata sudah lebih dari sebulan tak menyentuh blog ini.</div><div>Ya... ada yang lebih menyita perhatian saat ini, kehadiran si mungil A rasanya lebih menarik dari apapun. Ahh... seperti ini ya rasanya menjadi seorang ibu...</div><div>Sekecil apapun, entah itu menangis, tersenyum, atau tertidur pulas... semua hal tentangnya selalu menakjubkan.</div><div><br></div><div>Jika dulu aku tidak peduli dengan nyamuk yang beterbangan, sekarang berbeda. Aku dan suami pasti berlomba untuk menangkap nyamuk itu, tentu saja agar ia tak menggigit anak kami.</div><div>Mungkin terdengar lucu, tapi ternyata seperti itulah orangtua terhadap anaknya. </div><div><br></div><div>Hingga seringkali aku membayangkan perasaan ibuku ketika aku-anak pertamanya- lahir, mungkin sama dengan yang kurasakan saat ini, atau malah lebih bahagia lagi. Meskipun... selama sembilan bulan sebelumnya berada dalam keadaan lemah karena kehamilan, lalu merasakan sakit yang sangat saat melahirkan.</div><div><br></div><div>Maka wajar jika dalam Al Qur'an Allah menyuruh berbuat baik terhadap kedua orangtua kita. Lalu Nabi Muhammad pun menyebut Ibu sebagai orang yang wajib kepadanya kita berbuat baik, tak tanggung-tanggung, sampai tiga kali Beliau menegaskannya.</div><div><br></div><div>Ahh, jadi teringat kalimat sederhana dari seorang teman... "seorang perempuan yang telah melahirkan biasanya akan lebih menghormati, menyayangi ibunya"</div><div><br></div><div>Lalu inilah yang ku persembahkan untuk ibuku...</div><div>"Robbighfirlii waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayaani shoghiiroo"</div><div> * * * * *</div><div>Tulisan di atas ternyata berasal dari blog ini di bulan juli tahun 2012...tak lama setelah A lahir. Kini aku kembali merasakan hari-hari sibuk dan menantang setelah kembali kedatangan bayi mungil untuk ketiga kalinya. Beberapa hal terasa sama terutama soal antusiasme terhadap I si bayi mungil kami. Beberapa hal lagi terasa berbeda. Ya, aku lebih santai kini.. tak seperti saat pertama kali A hadir di rumah kami. Semua serba membuatku khawatir. Hal yang hingga saat ini masih ku ingat adalah.. aku mengalami baby blues pasca melahirkan A, aku menyadarinya namun tak kuasa bercerita. Baby blues merupakan sesuatu yang normal sebenarnya jika berlangsung hanya beberapa waktu pasca melahirkan, namun menjadi hal yang harus benar_benar diperhatikan jika berlangsung lebih lama.</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-83718122168083962212022-02-22T22:55:00.001+07:002022-02-22T23:22:37.866+07:00Brownies Shiny Crust GFF<div>Bismillah...</div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXg8ET1wiuCU44LPfUxzX_uy1sjLhaVQn24SJHt4RoWkDGF5D_CXHZoOZ0gG7jgL-DhdnklvuLGQx0DVEpe-k0CBEOG_vJjQd1GJZ-gohxsKFetG7bY-RR51lVRjk9XcTLPa9jQrOJQ2I1/s1600/1645546864413745-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXg8ET1wiuCU44LPfUxzX_uy1sjLhaVQn24SJHt4RoWkDGF5D_CXHZoOZ0gG7jgL-DhdnklvuLGQx0DVEpe-k0CBEOG_vJjQd1GJZ-gohxsKFetG7bY-RR51lVRjk9XcTLPa9jQrOJQ2I1/s1600/1645546864413745-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Beberapa pekan kemarin anak-anak dan pak Su request agar dibuatkan brownies. Permintaan sederhana namun beberapa kali pula tertunda untuk dipenuhi karena emak sedang super sibuk hingga akhirnya emak sendiri yang terbayang-bayang sama brownies. </div><div><br></div><div>Kenapa untuk bikin brownies aja harus tertunda? Soalnya khawatir dede bayi terganggu dengan suara mixer, apalagi saat pak Su sedang tidak di rumah. Setidaknya harus ada dua orang dewasa yang bisa bergantian menjaga si bayi ketika proses baking berlangsung. Demi menjaga kewarasan emak, ya kan? </div><div><br><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbvGjWepa7KQE-7EStC-MZ3OO4bIayak3VCqSGxeMioOsG41bf1NKpKmJjR70acyE3x5PVZuT8NPhqZ6HvW5a-g5Kx7Y06rTjA474uq-MuwQBONpuxWC4Sb1_ydZuXYRPyVtxect0N84D6/s1600/1645546764331678-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbvGjWepa7KQE-7EStC-MZ3OO4bIayak3VCqSGxeMioOsG41bf1NKpKmJjR70acyE3x5PVZuT8NPhqZ6HvW5a-g5Kx7Y06rTjA474uq-MuwQBONpuxWC4Sb1_ydZuXYRPyVtxect0N84D6/s1600/1645546764331678-1.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Setelah beberapa kali menunda, akhirnya lima hari yang lalu pagi-pagi banget emak mulai mengeluarkan peralatan tempur, eh baking. Rencana buat brownies gff diprotes oleh A karena dia pengen brownies sekat. Akhirnya jadi deh pagi itu buat dua macam brownies sekaligus. Brownies kukus gff dan brownies shiny crust, juga gff alias gluten free. Agak deg-degan sebenernya karena ini pertama kali utak-atik resep brownies shiny dan ganti tepung terigu dengan gff.</div><div><br></div><div>Alhamdulillah kekhawatiran browniesnya bakal bantet ternyata ga terbukti. Hasilnya moist, dan shiny crustnya juga keluar. </div><div><br></div><div>Sayangnya hasil baking kali ini ga ada satupun yang berhasil didokumentasikan alias keburu habis dan ga sempet foto-foto. Jadi untuk kepentingan foto di blog ini dengan sangat terpaksa pake foto lama plus minjem di pixabay (lagi) deh.</div><div><br></div><div>Resepnya masih sama seperti brownies shiny yang dulu pernah dibuat, hanya saja tepung terigu diganti dengan gluten free flour, lalu beberapa bahan seperti baking soda dan vanili di skip. Untuk yang ingin mencoba, berikut resepnya ya.</div><div><br></div><div>Bahan A: </div><div>150 gr butter </div><div>175 gr dark cooking chocolate </div><div><br></div><div>Bahan B: </div><div>2 butir telur </div><div>210 gr gula pasir </div><div><br></div><div>Bahan C: </div><div>87 gr tepung beras</div><div>43 gr tepung maizena</div><div>25 gr cokelat bubuk </div><div>1/2 sdt garam </div><div><br></div><div>Keju untuk topping</div><div><br></div><div>Cara Membuat: </div><div><br></div><div>1. Tim Bahan A sampai leleh, sisihkan. </div><div>2. Aduk Bahan B hingga gula larut, masukkan Bahan C, aduk rata. Tuangi cairan Bahan A, aduk rata. </div><div>3. Tuang ke dalam loyang 20x20x4 cm, yang sudah dipoles mentega dan dialasi baking paper. </div><div>4. Pasang sekatnya, beri topping keju atau sesuai selera.</div><div>5. Panggang dalam oven selama 30 menit pada suhu 180 derajat, lalu angkat.</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-7533303948221354272022-02-20T23:58:00.002+07:002022-02-28T06:06:41.388+07:00Kemampuan Menjelajah<p class="MsoNormal"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxZHZVcRMFFLl6OPEgX-UtArgitZzTfS6I-_8sjbZGG6YTfqsqdJDH2jpbQIFpgjgVb9mZKAzYM89fakNLWhhJVLCWTPpPBIYpFzavaBPYb7DlV5WaXbiLeW-nXzkGmeR5ZQ5gEnhtk86F/s1600/1645430177310852-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxZHZVcRMFFLl6OPEgX-UtArgitZzTfS6I-_8sjbZGG6YTfqsqdJDH2jpbQIFpgjgVb9mZKAzYM89fakNLWhhJVLCWTPpPBIYpFzavaBPYb7DlV5WaXbiLeW-nXzkGmeR5ZQ5gEnhtk86F/s1600/1645430177310852-0.png" width="400">
</a>
</div><br><p></p><p class="MsoNormal">Setiap anak adalah masterpiece, karya agung dari Sang Maha
Pencipta karena tentu tidak ada istilah produk gagal pada setiap ciptaanNya. Mereka
– anak-anak – adalah bintang yang akan bersinar dengan caranya masing-masing. Kalimat
ini aku dapatkan ketika mengikuti seminar bersama Pak Munif Chatib bertahun
lalu, lagi-lagi saat masih berprofesi sebagai pendidik. Dalam seminar kala itu
kami diingatkan bahwa seorang guru harus meyakini kalimat di atas saat
memandang setiap anak didiknya. Bahkan lebih jauh lagi beliau meminta kami
mengasah <i>discovering ability</i> atau kemampuan untuk menemukan harta karun dalam
diri anak didik setiap harinya agar mampu membaca setiap potensi mereka, sekecil
apapun potensi tersebut. Aku tak terlalu ingat bagaimana detailnya, namun beliau
meminta agar setiap pagi kami bisa lebih peka menemukan kelebihan setiap anak
didik yang datang ke sekolah hari itu. Dengan cara demikian maka tak akan ada
lagi label nakal, bodoh, sulit diatur,
serta label lainnya melekat pada anak-anak didik.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Apa yang aku dapatkan pada seminar tersebut tentu tak hanya
bisa diterapkan dalam konteks profesi pendidik. Dalam buku Orangtuanya Manusia,
beliau menggunakan kalimat “Menjelajah kemampuan anak meskipun sekecil debu”. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Orang tua harus memiliki hobi baru, yaitu melakukan <i>discovering
ability</i> kepada anaknya. Menjelajah kemampuan anak meskipun sekecil debu. Seperti
penyelam yang mencari harta karun terpendam. Menjelajah kemampuan anak jika
disederhanakan ternyata bisa dimulai dengan kepekaan orangtua terhadap semua
kebaikan anak, mengapresiasi si kecil saat ia bisa menutup pintu dan jendela, atau
sekadar mendengar dengan tulus saat si remaja curhat.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kembali ke masa kini saat aku akhirnya merasakan menjadi
orangtua, discovering ability ini sangat membantu untuk membangun bonding
dengan A, dan E. Aku ingat bagaimana
berbunga-bunganya hati ini saat E tiba-tiba memuji ukiran henna di tangan A
dengan ucapan “Wow masya Allah... tangannya cantik”. A yang pernah mengalami
minder dengan warna kulit menjadi berbinar dengan ucapan tulus dari E.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kali lain A tak ketinggalan ikut mengapresiasi usaha E
saat belajar menulis. Dengan ucapan yang sederhana namun membuat E jadi sangat
bersemangat.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">“Wah sekarang sudah mulai bagus ya, tulisan E!” kalimat ini
memakan waktu hanya beberapa detik saja untuk diucapkan, namun dampak yang
terlihat sangat-sangat besar. Hari itu E menulis huruf hingga beberapa lembar banyaknya. Sebuah pencapaian luar biasa untuk ia yang masih belajar.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Kemampuan mereka mengapresiasi kelebihan masing-masing ini
tentu tak akan muncul jika kepekaan terhadap keunikan saudaranya tak pernah
diasah.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Hari ini aku
mengingat saat-saat seminar dan membaca kembali buku orangtuanya manusia untuk
memantik kesadaran bahwa A dan E memang berbeda. Salah satu dari mereka sangat
piawai mengingat letak benda hingga menghafal arah serta jalan yang baru
dilaluinya. Sementara salah satunya lagi begitu apik dalam hal <i>beberes</i> hingga
aku merasa sangat terbantu ketika akhirnya memiliki bayi lagi karena sebagian
pakaian adik bayi akan ia lipat dengan rapi hingga tersusun sesuai kategori
didalam lemari. MasyaAllah, A dan E benar-benar seorang bintang dengan cara mereka masing-masing. Meskipun tampak kekurangan pada beberapa hal, namun bukankah sebagai orangtua aku pun tak menguasai semua hal serta memiliki segudang kekurangan. Maka hal paling melegakan berikutnya memang tepat seperti yang diucapkan gurunda ibu Septi Peni... berusaha meninggikan bukit, dan bukannya meratakan lembah. Berusaha mengasah kelebihan, dan bukannya memaksa menjadi ahli untuk kekurangan mereka. Wallahu a'lam<o:p></o:p></p><span class="fullpost">
</span>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-61119807441156945902022-02-17T15:31:00.001+07:002022-02-17T15:31:00.373+07:00Positive Morning Routine<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdZI7-CND7N2R8fVjFDeeeleF618nIGLZ_KMmvb94g333vYajysWK0t0vRnGvb-78F46vcFKadJRjIYb0iT035tkIOEdx6ckOLlV-km4wlNb3BOsXQnH-BkvIp6rlV0jbDaMX3QxFSenoz/s1600/1645086574623322-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdZI7-CND7N2R8fVjFDeeeleF618nIGLZ_KMmvb94g333vYajysWK0t0vRnGvb-78F46vcFKadJRjIYb0iT035tkIOEdx6ckOLlV-km4wlNb3BOsXQnH-BkvIp6rlV0jbDaMX3QxFSenoz/s1600/1645086574623322-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Bismillah...</div><div>Suatu ketika pada sebuah ruang belajar yang aku ikuti, sang mentor menanyakan hal sederhana tentang hubungan kami para peserta dengan pagi. </div><div>Bagaimana kalian memulai hari? Begitu kira-kira pertanyaan beliau. Aku tak ingat apa jawaban teman-teman lain karena fokus pada jawabanku sendiri. Beliau kemudian bercerita bagaimana pagi harinya yang sangat mengesankan, dan bagaimana pagi hari sangat berpengaruh pada sepanjang hari yang akan dilalui seseorang.</div><div><br></div><div>Bagaimana aku memulai pagi setiap harinya? Hmm.. aku pernah berada pada fase sangat disiplin menerapkan jam malam untuk mematikan data seluler menjelang tidur demi mendapatkan istirahat berkualitas, lalu bangun awal dalam keadaan yang benar-benar segar di pagi hari. Hasilnya, setelah semalaman bebas dari gawai dan segala aktivitas daring aku memang terbangun lebih awal dan tentu juga segar. </div><div><br></div><div>Pagi hari selepas aktivitas ruhiyah, aku menyalakan data seluler sebentar untuk melihat apakah ada pesan penting yang harus segera direspon. Jika tidak, aku akan mematikan kembali data seluler atau minimal membuat gawaiku berada dalam mode sunyi agar tenang saat harus menyelesaikan pekerjaan domestik serta membersamai A maupun E belajar. </div><div><br></div><div>Keadaan seperti ini berjalan cukup lama hingga suatu hari salah satu anggota keluargaku ada yang protes karena merasa sangat sulit menghubungiku terutama di pagi dan malam hari. Malam hari data seluler tidak aktif sehingga pesan yang dikirim tak akan sampai. Pagi hari gawai berada dalam mode sunyi sehingga membutuhkan usaha berkali-kali hanya untuk sekadar menelepon ataupun mengirim pesan kepadaku. Aku akhirnya sedikit melonggarkan prinsip, malam hari tetap mematikan data seluler, namun tak lagi mengaktifkan mode sunyi saat pagi hari.</div><div><br></div><div>Apa yang terjadi selanjutnya? Aku tetap bisa beristirahat dengan nyaman di malam hari, namun mengalami pagi yang tak fokus karena harus mendengar suara pesan masuk yang kadangkala beruntun. Awal hari yang biasanya kugunakan untuk mengaktifkan rasa syukur saat terbangun dalam keadaan sehat harus berlanjut dengan dering bertubi-tubi dari gawai. Tugas domestik selesai lebih lama, bahkan pernah hingga menjelang tengah hari aku masih berkutat dengan pekerjaan-pekerjaan yang masih menumpuk karena pagi itu sibuk membalas beberapa pesan yang kuanggap tak bisa ditunda.</div><div><br></div><div>Kondisi ini membuatku memaksa diri untuk melakukan refleksi, menilik kembali seberapa penting menyalakan nada dering di pagi hari. Aku kemudian memutuskan bahwa untukku, sunyi dari notif gawai di pagi hari adalah yang terbaik. Tak apa melihat sebentar untuk memastikan keadaan orang-orang terdekat yaitu keluarga, namun harus kembali fokus dan matikan nada dering. Ini demi kebahagiaan sepanjang hari. Demi kelancaran aktivitas bersama A dan E. Ini pula adalah caraku mencintai diri sendiri. Self love begitu orang-orang biasa menyebutnya.</div><div><br></div><div>Saat ini, saat kami akhirnya memiliki I sebagai anggota keluarga terkecil aku merasa sangat tertolong dengan pola mematikan data seluler di malam hari, dan berada pada mode sunyi di pagi hari. Kerepotan yang biasanya dirasakan keluarga yang baru kedatangan bayi masih kami rasakan, namun aku yakin intensitasnya tak akan separah jika aku tak menerapkan pola di atas. </div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifuRBY5FIDYGiKKt8RZkLgum2P8vnSm1ivhvEPHxd30lezU8IGxhSf3eQASCn2xGtfWkRNrT06EWbTS0X2xh5QrTPSQ8YM0vWJ2yiWrOjLVeCQJ7djBuwgHyeJSpQJ3cgmiBtSp2eSZi9J/s1600/1645086171826935-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifuRBY5FIDYGiKKt8RZkLgum2P8vnSm1ivhvEPHxd30lezU8IGxhSf3eQASCn2xGtfWkRNrT06EWbTS0X2xh5QrTPSQ8YM0vWJ2yiWrOjLVeCQJ7djBuwgHyeJSpQJ3cgmiBtSp2eSZi9J/s1600/1645086171826935-1.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Kembali pada pertanyaan mentor di ruang belajar saat itu. Bagaimana kalian memulai hari? Kini aku dengan yakin akan menjawab, aku memulai hari dengan <i>positive morning routine</i> berupa rasa syukur yang luar biasa, lalu melanjutkannya dengan aktivitas mesra bersama Sang Pencipta sebagai bekal energi untukku menghadapi hari yang penuh tantangan, baru kemudian bercengkrama dengan segala bentuk tugas yang menanti. Ya, beginilah caraku mengawali hari yang sekaligus juga merupakan cara self love ala diriku, sang mamak-mamak dengan tiga amanah yang harus dijaga serta dididik setiap harinya. Alhamdulillah....</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-52638826331417552202022-02-09T20:14:00.001+07:002022-02-09T20:26:19.490+07:00Menulis dan Menghapus<p class="MsoNormal"><span style="font-family: inherit; font-size: 12pt;">Bismillah...</span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Beberapa tahun atau lebih tepatnya
belasan tahun lalu ketika aku masih
berstatus pengajar di salah satu sekolah dasar yang baru berdiri, adalah wajar
bagi para guru untuk mengikuti berbagai macam pelatihan untuk menunjang
performa kami sebagai tenaga pendidik. Hal ini mengingat semua mata – khususnya
para orangtua murid yang telah menitipkan anak mereka untuk dididik oleh kami
orang-orang yang asing untuk mereka serta anak mereka.– tentu akan tertuju pada
kami. Mereka tentu ingin melihat seperti apa sekolah baru ini menangani segala
hal di dalamnya.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Pelatihan yang beragam mulai dari
manajemen kelas hingga membuat perangkat pembelajaran harus kami ikuti.
Pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas terkait maupun yang secara mandiri
diselenggarakan oleh pihak yayasan sekolah menjadi menu belajar bagi para guru
saat itu. Namun yang paling berkesan bagiku sampai hari ini adalah saat aku
mengikuti pelatihan bersama lembaga yang justru tidak terkait dengan dinas
maupun yayasan sekolah. Apa sebab? Jujur saja dalam sesi pelatihan yang memakan
waktu hingga siang menjelang sore tersebut aku seperti ditampar berulang kali
agar selalu berprasangka serta berkata baik saat dipertemukan dengan orang-orang
yang mengisi hidupku, entah itu orang yang kuanggap sangat penting atau Very
Important Person (VIP) atau orang yang hanya sekadar lewat sebentar dalam
episode kehidupanku.<o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgadvLJXcw9PEOa3oN8GJ86mdTNcxIKktJr8ZDUMjwxWqqK66Yrm30pAF4zmFT2QTi3zA4r7T6daSxUERDBsQ17loZSWpeR1ukFYK3jPqUvxVyZIZIUU7Cbg0Dw1EPBf8lPPfQLz_WTifN01NYCm4ZP1UMD4L9AypastWG9l1YymOJLkWYliv3Bbkeo1g=s1566" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1075" data-original-width="1566" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgadvLJXcw9PEOa3oN8GJ86mdTNcxIKktJr8ZDUMjwxWqqK66Yrm30pAF4zmFT2QTi3zA4r7T6daSxUERDBsQ17loZSWpeR1ukFYK3jPqUvxVyZIZIUU7Cbg0Dw1EPBf8lPPfQLz_WTifN01NYCm4ZP1UMD4L9AypastWG9l1YymOJLkWYliv3Bbkeo1g=s320" width="320" /></a></span></div><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Dalam pelatihan tersebut kami para
peserta diminta menuliskan nama seorang murid yang kami anggap bermasalah. Aku
lalu menuliskan nama seorang anak. Anak yang cerdas sebetulnya, hanya saja
beberapa hal dalam dirinya membuatku dan teman-teman guru kewalahan. <o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Selesai menuliskan nama, kami
ternyata disuruh menuliskan hal-hal buruk yang berkaitan dengan nama tersebut.
Aku ingat bagaimana semangatnya saat diriku yang memang sejak lama memendam
rasa kesal akhirnya menuliskan semua poin buruk anak itu. beberapa hal memang
benar adalah prilaku buruk anak tersebut, namun beberapa hal lainnya merupakan
pandangan subjektif yang muncul dari perasaan tak suka terhadap prilaku anak
tersebut. Di kemudian hari aku jadi membenarkan bahwa terkadang ketidaksukaan
terhadap seseorang atau sesuatu membuat kita tak lagi bisa melihat dengan
jernih kebaikan seseorang atau sesuatu tersebut.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Menulis nama orang yang tak terlalu
disukai, sudah. Menuliskan hal buruk juga sudah. Ternyata hal berikutnya yang
harus dilakukan adalah menuliskan kebalikan dari semua hal buruk yang sebelumnya
telah ditulis. Jadi, jika aku telah menulis bodoh maka kali ini aku harus
menulis kebalikannya yaitu pintar. Selanjutnya kami diminta membaca nama, hal
buruk dan terakhir hal baik sebagai kebalikan dari hal buruk tadi. Di akhir
sesi menulis kami diminta untuk mencoret atau menghapus hal-hal buruk yang
telah kami tulis. Dan sang trainer meminta kami agar mulai saat itu segera
memaafkan, melupakan keburukan serta memandang nama tersebut dengan hal baik
yang tersisa di kertas.<o:p></o:p></span></span></p><p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgj4opIhjTVfn4QGpBeCL5f2lB9T9qPxUMiHrMg8U8eDmwjzYpOiIGYh3cmgDvGN6ypODAO0sRALjrjRwFctL1LWSVdFjjbESL4gCAQc8W_SmdzS3XuN8xN0bwnNa8KL_ws2kjjbwelKix8CnqGGNm4L6XRMPtmHYt_I9Rb3QXON7DryVcbexRBHkNuLw=s1616" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1075" data-original-width="1616" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgj4opIhjTVfn4QGpBeCL5f2lB9T9qPxUMiHrMg8U8eDmwjzYpOiIGYh3cmgDvGN6ypODAO0sRALjrjRwFctL1LWSVdFjjbESL4gCAQc8W_SmdzS3XuN8xN0bwnNa8KL_ws2kjjbwelKix8CnqGGNm4L6XRMPtmHYt_I9Rb3QXON7DryVcbexRBHkNuLw=w320-h213" width="320" /></a></span></div><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><p></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Aku tidak ingat seberapa efektif
metode ini, akan tetapi keesokan harinya aku bertemu dengan anak yang kutulis
namanya itu dalam keadaan hati yang
lebih lapang dan karena hati telah lebih lapang aku jadi lebih sabar menghadapi
anak tersebut. Pengaruh baik yang kurasakan berikutnya adalah – entah ini
sugesti atau bukan – anak tersebut jadi berubah seperti hal baik yang kutulis
hari sebelumnya. Jika dipikirkan ulang, langkah
ini sebenarnya adalah bentuk stimulasi agar selalu mengedepankan prasangka
serta ucapan yang baik agar yang terjadi kemudian adalah hal yang baik pula. Lalu
jika bertemu hal buruk langkah ini mengajarkan untuk melupakan lalu memaafkan hal
buruk tersebut.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Bila diingat lagi, pada awal
bergabung dengan komunitas ibu profesional, aku pernah membaca penjelasan pak
Dodik soal siklus anak baik dan siklus anak nakal. Dalam web <a href=" http://sdi-assuryaniyah.sch.id/read/144/memutus-siklus-kenakalan-anak-edisi-parenting-2020 " target="_blank">SDI As Suryaniyah</a> ditulis bahwa:<o:p></o:p></span></span></p>
<p style="background: white; margin-top: 0cm;"><span style="color: #212529;"><span style="font-family: inherit;"></span></span></p><blockquote><p style="background: white; margin-top: 0cm;"><span style="color: #212529;"><i><span style="font-family: inherit;">Siklus Anak Baik ( siklus 1)<br style="box-sizing: border-box;" />
Anak Baik -> orangtua Ridho -> Allah Ridho -> keluarga berkah ->
bahagia -> anak makin baik.<o:p></o:p></span></i></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0cm;"><span style="color: #212529; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><i><span style="font-family: inherit;">Siklus Anak nakal ( siklus 2)<br style="box-sizing: border-box;" />
Anak Nakal -> orangtua murka -> Allah Murka -> keluarga tidak berkah
-> tidak bahagia -> anak makin nakal<o:p></o:p></span></i></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0cm;"><span style="color: #212529; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><i><span style="font-family: inherit;">Kalau tidak ada yang memutus siklus tersebut, maka akan terjadi
pola anak baik akan semakin baik, anak nakal akan semakin nakal.<o:p></o:p></span></i></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0cm;"><span style="color: #212529; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><i><span style="font-family: inherit;">Bagaimana cara memutus siklus Anak Nakal?ternyata kuncinya bukan
pada anak melainkan pada ORANGTUANYA.<br style="box-sizing: border-box;" />
Anak Nakal -> ORANGTUA RIDHO ->Allah Ridho -> keluarga berkah ->
bahagia -> anak jadi baik.<o:p></o:p></span></i></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0cm;"><span style="color: #212529; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><i><span style="font-family: inherit;">Berat? iya, maka nilai kemuliaannya sangat tinggi. Bagaimana
caranya kita sebagai orangtua/guru bisa ridho ketika anak kita nakal?<br style="box-sizing: border-box;" />
ini kuncinya:<o:p></o:p></span></i></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0cm;"><i><span style="font-family: inherit;"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: #212529; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">َإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا
وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ</span><span style="color: #212529; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><o:p></o:p></span></span></i></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0cm;"><span style="color: #212529; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><i><span style="font-family: inherit;">Bila kalian memaafkannya...menemuinya dan melupakan
kesalahannya...maka ketahuilah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS
64:14).<o:p></o:p></span></i></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0cm;"><span style="color: #212529; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><i><span style="font-family: inherit;">Caranya orangtua ridho adalah menerima anak tersebut, memaafkan
dan mengajaknya dialog, rangkul dengan sepenuh hati, terakhir lupakan
kesalahannya.<o:p></o:p></span></i></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0cm;"><span style="color: #212529; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><i><span style="font-family: inherit;">Kemudian sebagai pengingat selanjutnya, kami menguncinya dengan
pesan dari Umar bin Khattab:<o:p></o:p></span></i></span></p>
<p style="background: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0cm;"><span style="color: #212529;"><i><span style="font-family: inherit;">Jika kalian melihat anakmu/anak didik mu berbuat baik, maka puji
dan catatlah, apabila anakmu/anak didikmu berbuat buruk, tegur dan jangan
pernah engkau mencatatnya.<br style="box-sizing: border-box;" />
Umar Bin Khattab</span></i></span></p></blockquote><p style="background: white; box-sizing: border-box; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0cm;"><span style="font-family: inherit;"><span style="color: #212529;"></span><span style="color: #212529;"><o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;"> </span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Hari ini... bertahun setelahnya, aku
menerapkan metode ini pada A maupun E saat sedang kesal pada mereka. Meski tak
seformal saat sesi pelatihan – dengan cara ditulis – aku mencoba mengganti
kata-kata buruk yang muncul dalam pikiranku dengan lawan dari kata tersebut. Walaupun
lawan kata tersebut tak terucap alias sama-sama hanya berada dalam pikiranku,
aku bisa merasakan setidaknya ini sangat mengurangi tingkat stress saat merasa
kesal ataupun marah pada mereka. Ya, aku belajar kembali tentang prasangka
baik, ucapan baik serta melupakan kesalahan.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;"> </span></span></p><span class="fullpost">
</span>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-39783035600858379312022-01-11T13:22:00.001+07:002022-01-13T03:29:56.032+07:00Laa Tahzan<div>Bismillah...<br></div><div><br></div><div>Awal tahun 2021 aku dan suami mendapat amanah baru dengan kembali dititipkanya janin di rahimku. Bagaimana rasanya? Alhamdulillah tentu saja kami sangat senang, begitu pula A dan E yang dua ramadhan terakhir selalu berdoa meminta agar Allah "meletakkan" dede bayi ke dalam perut mama. Akan tetapi perasaan bahagia tak datang sendiri, ada cemas yang turut mengiringi. Bagaimana tidak? Aku hamil bertepatan dengan masa pandemi yang belum jelas kapan akan berakhir. Meskipun pada awal kehamilan kurva penularan sedang melandai namun rasa takut dan khawatir tetap saja terkadang hadir. Takut akan tertular, khawatir tak bisa menjaga diri serta calon dede bayi A dan E. Kekhawatiran yang sesunguhnya sangat tak berdasar, bukan? Ya, aku seolah lupa bahwa ada Allah yang Maha Menjaga. </div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPbuVP80fFrJlaQT3ORFbN2QmFcfXiPn1N94I964fohKnsAcLiCISqT6BWceUjNJBE59mtYI8_QD-uRjQmypAXujS8Gy514s5x0OR82I3_5w02MoTWxdegSE9e2KKnF79dgBN3HPnzZoB8/s1600/1641882146702626-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPbuVP80fFrJlaQT3ORFbN2QmFcfXiPn1N94I964fohKnsAcLiCISqT6BWceUjNJBE59mtYI8_QD-uRjQmypAXujS8Gy514s5x0OR82I3_5w02MoTWxdegSE9e2KKnF79dgBN3HPnzZoB8/s1600/1641882146702626-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div><br></div><div>Perasaan cemas, takut, serta khawatir ini tak ku lisankan meskipun pada pak Su. Aku tidak ingin semua hal yang belum tentu terjadi tersebut justru menjadi doa buruk untukku. Lalu aku menyimpannya sendiri dan hasilnya justru membuat lemah fisik yang seharusnya sehat, terlebih di awal kehamilan.</div><div><br></div><div>Apa yang terjadi selanjutnya? Morning sickness yang luar biasa nikmatnya harus dilalui bersamaan dengan anemia hingga sempat harus bedrest. Berikut sepekan lamanya harus berdiam di tempat tidur karena adanya flek. Sedih? Sangat. Semua pekerjaan rumah harus dilakukan oleh pak Su. Sementara beliau juga memiliki tanggungjawab mencari nafkah di luar rumah. A dan E sampai harus ikut ayah mengajar agar aku bisa istirahat total di rumah. Aduhai, inikah yang digambarkan dalam Alquran surat Luqman ayat 14 sebagai lemah yang bertambah-tambahnya seorang ibu? </div><div><br></div><div>Masa-masa morning sickness akhirnya berhasil dilewati, namun anemia tak kunjung membaik hingga memasuki trimester ketiga. Berkaca dari pengalaman hamil sebelumnya yang mirip, aku sudah mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu harus menjalani transfusi darah. Aku meminta tolong pada beberapa saudara dengan golongan darah yang sama. Benar saja, aku akhirnya harus mendapatkan donor darah sebulan sebelum melahirkan. Bersyukur Allah memberikan banyak sekali pertolongan melalui orang-orang baik di sekitar kami. Alhamdulillah...</div><div><br></div><div>Beberapa keadaan selama.masa kehamilan kemarin jujur saja pernah mengundang rasa sedih dan takut yang berlebihan. Padahal telah tertulis dengan jelas di dalam Alquran surat At Taubah ayat 40 "...jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita..." </div><div>"... do not grieve; indeed Allah is with us..."</div><div><br></div><div>Ya, sepenggal ayat yang dijadikan judul buku oleh Dr. 'Aidh Al Qarni ini sesungguhnya sangat akrab di telinga, dan melalui kehamilan aku belajar memaknai kembali ayat ini. Laa tahzan.. jangan bersedih, karena ada ALLAH bersama kita.</div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547616551221035280.post-33348000480263448742021-10-20T19:48:00.001+07:002021-10-20T21:43:30.450+07:00Brownies Shiny Crust ala mama A&EBismillah...<div>Lamaa ga posting soal kegiatan baking ternyata bikin kangen juga. Anak-anak dan suami juga mulai nanya kapan bikin brownies lagi? Kapan bikin pizza lagi? Pernah beberapa kali emak akhirnya pilih beli aja karena sedang dalam mode mager. Tapi celetukan E dan kadang A juga bikin emak mikir-mikir kalo harus beli lagi. Ya, mereka terbiasa makan hasil baking emaknya.. tanpa peduli kadang bentuknya ga sebagus cake atau cemilan-cemilan yang dijual di luaran. Ah, betapa aku bersyukur punya mereka...</div><div><br></div><div>Setelah beberapa purnama meniatkan untuk bikin brownies dan gaaa jadi jadi, akhirnya awal pekan ini aku sama E (pas banget A lagi ada kegiatan diluar, jadi bereksperimen di dapur kali ini cuma ditemani E) utak atik resep yang baru buatku yaitu brownies shiny crust. Kalo dulu aku suka main ke blog ummu fatima, sekarang aku suka lihat channel youtube bu Fatmah Bahalwan untuk cari-cari resep yang belum pernah kucoba. Resep brownies kali ini juga aku ambil dari channel youtube bu Fatmah Bahalwan.</div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAnuNCqustXH5mx6Fv0SWBvdoux_DjUHtsZrTov3J4jmDbIa2D_OiF26a9ryzm8kV3VIIuZkXwytvKBe9fn3lLNR9UaGaKyahC9pc_r_TtW-ZDR0QnIUGo7E0JMCPuhLylFFVyzr4I1fEV/s1600/1634733910285367-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAnuNCqustXH5mx6Fv0SWBvdoux_DjUHtsZrTov3J4jmDbIa2D_OiF26a9ryzm8kV3VIIuZkXwytvKBe9fn3lLNR9UaGaKyahC9pc_r_TtW-ZDR0QnIUGo7E0JMCPuhLylFFVyzr4I1fEV/s1600/1634733910285367-0.png" width="400"></a><br></div><div class="separator" style="text-align: start; clear: both;"><br></div><div class="separator" style="text-align: start; clear: both;">Alhamdulillah percobaan pertama brownies shiny crust ini lumayan berhasil menurutku meskipun aku mengganti salah satu bahannya. Teksturnya moist banget bahkan terlalu moist kalo menurutku, mungkin pengaruh aku ganti mentega dengan minyak goreng. Kenapa diganti? Karena saat menyiapkan bahan baru sadar ternyata ga ada stok mentega di rumah. Akhirnya minyak pun menjadi pilihan untuk menggantikan si mentega. Next kalo bikin lagi sepertinya takaran minyak harus dikurangi dikit biar ga terlalu moist. Di luar dugaan alhamdulillah A & E suka banget sama brownies yang satu ini.</div></div><div><br></div><div>Untuk yang ingin mencoba, berikut resepnya ya.</div><div><br></div><div><ytm-engagement-panel><ytm-engagement-panel-section-list-renderer class="video-description-ep-identifier"><div class="engagement-panel-section-list-background draggable"><div class="engagement-panel-container"><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>Bahan A: </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>150 gr butter (aku ganti minyak goreng)</ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>175 gr dark cooking chocolate </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer><br></ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>Bahan B: </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>2 butir telur </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>210 gr gula pasir </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>1/2 sdt vanilli cair (aku skip)</ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer><br></ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>Bahan C: </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>130 gr tepung terigu medium </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>25 gr cokelat bubuk </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>1/2 sdt garam </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>1/2 sdt baking powder </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer><br></ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>Cara Membuatnya: </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer><br></ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>1. Tim Bahan A sampai leleh, sisihkan. </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>2. Aduk Bahan B hingga gula larut, masukkan Bahan C, aduk rata. Tuangi cairan Bahan A, aduk rata. </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>3. Tuang ke dalam loyang 20x20x4 cm, yang sudah dipoles mentega dan dialasi baking paper. </ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div><div class="engagement-panel-content-wrapper"><ytm-structured-description-content-renderer><ytm-expandable-video-description-body-renderer>4. Pasang sekatnya, beri topping sesuai selera (aku pake keju karena manfaatin yang ada di rumah). Panggang dalam oven, selama 30 menit pada suhu 180 derajat. Lalu angkat.</ytm-expandable-video-description-body-renderer></ytm-structured-description-content-renderer></div></div></div></ytm-engagement-panel-section-list-renderer></ytm-engagement-panel></div><div><br></div><div>Video lengkapnya bisa mampir ke channel youtube Fatmah Bahalwan aja ya.. </div>Neng Yoshidahttp://www.blogger.com/profile/15437515484209084586noreply@blogger.com0